Ilustrasi anak yang berbakti kepada sang ibu.

Kampus ITS, Opini — Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember patut dijadikan prasasti sakral yang sarat akan makna. Tak hanya berperan sebagai madrasah terbaik bagi putra-putrinya, sosok ibu merupakan tonggak paling penting dalam berdirinya sebuah keluarga.

Peringatan hari ibu merupakan momentum yang tepat untuk mencurahkan kasih sayang kepada sosok yang telah melahirkan kita. Bukan sekadar mengandung sembilan bulan sepuluh hari, ibu juga memikul tanggung jawab seumur hidup untuk mengasuh anak-anaknya. 

Ironinya, sejumlah kasus sadis yang dilakukan anak kepada ibunya telah mendangkalkan makna hari ibu yang sebenarnya. Contohnya, seorang anak di Malang tega menghabisi nyawa ibunya saat permintaannya tidak dituruti.

Tak hanya itu, kasus gugatan anak kepada ibunya di Garut juga sempat dibuat viral di dunia maya. Meski banyak alibi yang bisa dijadikan benteng untuk membela kasus-kasus tersebut, tetap saja tidak dapat membenarkan perilaku keji anak terhadap ibunya.

Pun, sama halnya dengan kita. Tanpa disadari, ada saja perilaku yang tak berkenan yang kita tujukan pada ibu. Membentak saat tidak diberi uang jajan, atau menaikkan suara saat tidak sependapat.

Tak dapat dipungkiri, setiap anak pernah merasa kesal dengan ibunya. Namun, tidak ada salahnya untuk berusaha melunakkan hati di hadapannya. Anak sepatutnya menjadi aset bagi kedua orang tua, menjadi penawar dan penyejuk hati bagi ibunya. Sebab, selama ini secara cuma-cuma ibu telah memberi kasih yang tak bermuara, bukan?

Sebagai seorang anak, sudah sepatutnya kita berbakti kepada ibu. Mari gunakan hari ini untuk memberikan cinta kasih dan merenungkan segala kesalahan yang pernah kita lakukan padanya. Sebab, ialah orang yang paling  layak  mendapatkan kasih sayang dari kita, anak-anaknya.

Selamat Hari Ibu, untuk wanita-wanita hebat yang berjasa dalam hidup kita!

Ditulis oleh:

Erchi Ad’ha Loyensya

Mahasiswa Departemen Teknik Mesin

Reporter ITS Online