ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
11 November 2019, 20:11

Kerja Kecil, Penepis Retorika Pembangunan Negeri

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Kampus ITS, Opini – Kala memandang kemegahan dari pembangunan di negara ini, tak keliru jika awam lantas menjadikan sosok insinyur sebagai tangan dingin di baliknya. Sementara itu, tersimpan jerih payah serta peluh para pekerjanya di setiap jengkal badan bangunan yang juga tak boleh kita lupakan. Sebab dengan adanya tangan terampil dari mereka, bangunan-bangunan yang berdiri kokoh saat ini bukan sebatas retorika belaka.

Pembangunan yang senantiasa digencarkan sudah menjadi karakter kuat yang melekat dalam diri negara berkembang, termasuk Indonesia. Berbagai fasilitas umum yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dibangun sedemikian rupa. Mulai dari perumahan, rumah sakit, jalan, serat infrastruktur sipil lainnya. Dan semua itu tidak cukup dilakukan dengan modal materi, fisik maupun waktu yang terbatas atau seadanya. Terlebih jangan sampai kemudian mengesampingkan perkara tenaga-tenaga penuh usaha yang terlibat di dalamnya.

Siapa sangka bahwa selama ini, para pekerja dalam sebuah proyek pembangunan menjadi pihak dengan kesungguhan tinggi yang sarat akan ketulusan. Meski bekerja menantang maut, terbakar matahari, serta menahan kantuk dan dinginnya udara bila lembur hingga larut malam. Seberapapun upah yang disodorkan, selalu diterima dengan pancaran mata penuh keberkahan. Jadi, tak berlebihan jika mereka lalu dipandang sebagai yang benar-benar membangun negeri ini, mulai dari kota besar hingga ke pelosok. 

Menjadi pihak yang bersentuhan langsung dengan proses membangun, selanjutnya menuntut seorang pekerja bangunan untuk punya kecakapan lebih di dewasa ini. Singkirkan anggapan bahwa pekerjaan mereka sekadar olah tangan kasar, tanpa perlu pembelajaran. Karena jika tanpa meningkatkan diri mereka, maka tidak akan ada keajaiban arsitektur masa kini yang begitu dipuja-puja.

Dengan melihat segenap usaha yang telah dilakukan, sudah pantaskah imbalan yang diberikan kepada mereka? Bukan hanya bicara soal materi, namun juga soal bayaran berupa morel. Memberikan penghargaan lebih, terkadang menjadi sesuatu yang punya kian bermakna daripaada upah semata. Ganjaran sebesar Rp 89.063,00 per hari yang diambil dari data Badan Pusat Statistika (BPS), mungkin terlihat begitu remeh. Namun jika nilai itu dibarengi dengan sikap dan pandangan yang baik, maka tak menutup kemungkinan akan menjadi imbalan yang impas bagi mereka.

Dan sekarang tinggal menunggu peran aktif semua masyarakat untuk merangkul para pahlawan pembangunan yang tak kasat mata ini. Jangan sampai kita kerdilkan apa yang telah diberikan setiap anak ibu pertiwi kepada tanah air, termasuk para pekerja bangunan ini. Tak ada yang salah dengan menjadi seorang pekerja bangunan. Yang salah adalah apabila kita tidak melakukan satupun pekerjaan bermanfaat, tapi malah sibuk mengesampingkan orang lain.

 

 

Ditulis oleh:

Mukhammad Akbar Makhbubi

Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota

Angkatan 2019

Reporter ITS Online

Berita Terkait