ITS News

Kamis, 18 April 2024
22 Oktober 2019, 22:10

Jangan Biarkan Opini Buruk Orang Membunuhmu

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Ilustrasi Cyberbullying (sumber: debate.org)

Kampus ITS, Opini – Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi dan informasi pun semakin canggih. Maka tak heran jika internet dan media sosial saat ini digandrungi seluruh kalangan usia. Meskipun banyak hal menarik yang menjadi iming-iming dunia maya, namun siapapun harus tetap waspada terhadap bahaya yang mungkin dapat terjadi, termasuk penindasan yang dilakukan oleh orang-orang dibalik akun-akun media sosial atau yang lebih kita kenal dengan istilah cyberbullying. Lalu, sejauh apa kalian memahami tentang besarnya dampak yang ditimbulkan oleh cyberbullying?

Jelek! Jerawatan!”

Kok gendut sih!

“Dasar aneh!”

Malu-maluin! Mending mati aja deh!

Tak jarang kita temui ungkapan bernada hinaan (hate speech) seperti itu di media sosial, bukan? Terkadang, tanpa kita sadari bahwa ucapan dan perbuatan yang kita lakukan dapat menghancurkan hati dan mental seseorang. Seperti yang terjadi baru-baru ini tentang tragedi bunuh diri Sulli, salah satu aktris dan penyanyi asal Korea Selatan akibat kejamnya komentar yang dilontarkan para haters lewat akun media sosial pribadinya. Sulli adalah salah satu contoh dari sekian banyak dampak cyberbullying.

Menurut Willard (2005), cyberbullying adalah perlakuan kejam yang dilakukan dengan sengaja kepada orang lain dengan mengirimkan atau mengedarkan bahan yang berbahaya atau melibatkan bentuk-bentuk agresi sosial lain menggunakan internet atau teknologi digital lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh UNICEF pada 2016, sebanyak 41 hingga 50 persen remaja di Indonesia dalam rentang umur 13 hingga 15 tahun pernah mengalami tindakan cyberbullying.

Cyberbullying tidak hanya berupa hinaan atau cacian, namun dapat berupa ancaman, pelecehan, pencemaran nama baik, penyebaran hoax (berita bohong), penipuan, pengucilan, penguntitan, dan penyebaran informasi pribadi yang ditujukan untuk mempermalukan korban. Berbeda dengan tindakan bully secara fisik, cyberbullying tidak mengenal waktu dan tempat.

Saat ini, media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram kerap menjadi wadah cyberbullying bagi penebar kebencian yang bersembunyi di balik akun-akun palsu. Meskipun di Indonesia sendiri sudah terdapat UU ITE dan beberapa kali pula para pelaku cyberbullying tersebut terjerat kasus hukum, namun tampaknya masih belum memberikan efek jera secara permanen. Bahkan kebanyakan, para pelaku melakukan tindakan cyberbullying terhadap orang-orang yang tidak mereka kenal dan belum pernah mereka temui sekalipun. Tindakan yang mereka lakukan seperti mengirimkan pesan yang berisi hinaan hingga menyebarkan gosip atau berita burung tentunya dapat berdampak serius terhadap kondisi seseorang, seperti merasa tertekan, depresi, hingga melakukan tindakan lain yang dapat meregang nyawanya.

Uraian di atas menyadarkan kita bahwa apa yang kita tulis di media sosial mempunyai dampak besar yang mungkin tidak kita sadari. Meskipun dalam era keterbukaan saat ini siapapun bebas untuk mengutarakan pendapatnya, namun kita tetap harus mempertimbangkan komentar atau ucapan yang kita lontarkan, karena dapat berdampak buruk terhadap psikologis korban. Apa yang kita tulis mungkin akan membuat hari seseorang menjadi lebih baik, namun bisa juga sebaliknya, memperburuk hari, bahkan hidup orang tersebut. Mungkin kita pernah berpikir, “Dikomentarin gitu aja baper!” Namun tahukah kalian bahwa setiap orang mempunyai kekuatan mental yang berbeda-beda? Lalu sampai kapan para pelaku tersebut sadar akan eksistensi bahaya cyberbullying?

Sebenarnya sah-sah saja aktif di dunia maya, asalkan kita dapat berhati-hati dan berempati dalam mengonsumsi media sosial. Karena bila kita gunakan media sosial sesuai dengan porsinya, maka akan memberikan dampak positif. Namun sebaliknya, jika kita menggunakannya dengan tidak bijak serta tidak mengontrol ujaran buruk lewat jari-jari kita, maka bisa saja berakibat fatal. Mulai dari penurunan kesehatan mental seseorang, penurunan performa akademis, hingga tindakan suicide atau bunuh diri. Dan bagi orang-orang yang pernah merasakan kejamnya komentar jahat dunia maya, jangan pernah biarkan opini buruk orang menenggelamkan hidupmu dan membunuhmu!

Mari lihat sekitar kita dan rangkullah mereka dengan kebahagiaan, bukan cacian dan hinaan. Berbuat baiklah kepada semua orang seperti kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain. Let’s spread positivity!

 

Ditulis oleh:

Erchi Ad’ha Loyensya

Mahasiswa S-1 Departemen Teknik Mesin ITS

Angkatan 2019

Berita Terkait