ITS News

Selasa, 23 April 2024
21 Oktober 2019, 14:10

Mematik Kesadaran Mahasiswa dalam Berdemokrasi

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online
Mematik Kesadaran Mahasiswa Dalam Berdemokrasi

Peserta dan narasumber berfoto bersama usai forum diskusi Dialog Proaktif

Kampus ITS, ITS News – Sebagai sesuatu yang sering dielu-elukan, demokrasi sejatinya punya makna yang luas dari berbagai perspektif. Tak terkecuali mahasiswa dengan segudang gelora jiwa mudanya. Oleh karena itu, Kementerian Aksi dan Propaganda (Akspro) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar Dialog Proaktif bertemakan Menguji Demokrasi di Era Reformasi pada, Jumat (18/10).

Banyak fenomena tidak tersampaikannya aspirasi yang disuarakan oleh rakyat, menjadi latar belakang dari acara temu wicara ini. Dari gelaran ini pula edukasi kepada anak muda dalam hal pemahaman demokrasi menjadi fokus utamanya. Maka dari itu beberapa narasumber yang telah malang melintang dalam kegaiatan pencerdasaaan masyarakat pun diundang. Salah satunya yaitu Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Prof Daniel M Rosyid PhD M RINA.

Ia berpendapat bahwa mahasiswa sebagai kelompok berpendidikan, punya tanggung jawab untuk lebih giat dalam bersuara. Baginya Indonesia yang bukan merupakan sebuah objek belaka, mestinya lebih disebarluaskan nilai-nilai luhurnya oleh mahasiswa bak sebuah narasi. “Jangan sampai kita larut ke dalam primodial (pemikiran kuno, red) diri masing-masing, sehingga kesatuan bangsa ini akan punah nantinya,” ujarnya.

Mematik Kesadaran Mahasiswa Dalam Berdemokrasi

Prof Daniel M Rosyid PhD M RINA saat menyambaikan materi tentang arti demokrasi

Di lain sisi, Ketua Perisidium Pro Demokrasi Jawa Timur, M Buchori Muslim pun sependapat akan hal tersebut. Buchori melihat sepak terjang setiap pihak dalam praktik berdemokrasi saat ini sudah semakin terbuka dan rumit. Sehingga di sini mahasiswa dituntut untuk lebih cerdas dan konsisten dalam bergerak mendampingi masyarakat. “Seburuk apapun aturan jika dibarengi dengan konsistensi, maka akan lebih baik daripada peraturan yang bagus tapi sumber daya manusianya tidak menerapkannya,” tegas alumnus Teknik Fisika ITS tersebut.

Sehingga dari forum yang juga dihadiri oleh Pemimpin Redaksi Jawa Pos, Abdul Rokhim ini, kemudian dapat dijadikan sebagai wadah untuk menyuarakan pendapat dengan melihat dari berbagai sudut pandang. Tiap orang dari beragam latar belakang, termasuk para pemuda di zaman milenial ini, sudah semestinya juga terjun memperjuangkan hak bersuara seluruh rakyat. Tidak mesti yang muluk-muluk dalam berkontribusi, sebagai mahasiswa mulai saja dari bidang keahlian yang dimiliki saat di bangku perkuliahan. (ion8/yok)

Berita Terkait