ITS News

Sabtu, 18 Mei 2024
12 Oktober 2019, 14:10

Kenalkan Industri Migas, ITS Undang SKK Migas

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

 

Yulita Dyah Retno Widhi Astuti, senior staf departemen keselamatan, kesehatan kerja, dan lindungan lingkungan (k3L) SKK Migas menjelaskan mengenai materi pentingnya migas.

Kampus ITS, ITS News – Guna membekali mahasiswa tentang pengetahuan di hulu migas, Departemen Teknik Sistem Perkapalan (DTSP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam hadirkan narasumber dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Acara yang dihadiri langsung oleh Yulita Dyah Retno Widhi Astuti selaku Senior Staf Deparemen eselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lindungan Lingkungan (k3L) SKK Migas ini berlangsung di Aula BG Munaf, Jum’at (4/10).

Yulita menerangkan, dalam kegiatan hulu migas terdapat beberapa proses pengolahan. Di antaranya adalah kegiatan lepas pantai yang terdiri dari survey, pengeboran, pekerjaan konstruksi, operasi produksi,  penyimpanan, hingga transport minyak dan gas. Kegiatan tersebut, membutuhkan banyak kapal untuk beroperasi. “Dalam sehari, SKK bisa mengoperasikan 500 kapal dengan jenis yang berbeda,” jelasnya.

Penyerahan Plakat oleh Beny Cahyono ST MT PhD, Dosen Bidang Marine Power Plan DTSP kepada Yulita Dyah Retno Widhi Astuti.

Yulita menjelaskan, dari kegiatan hulu migas itu terdapat dampak yang dikenal sebagai multiplayer effect (efek pengganda,red). Dampak ini merupakan hasil kali pertambahan tiap pos pendapatan nasional. Lebih jelasnya, kegiaan ini memiliki dampak pada perekonomian nasional. “Kegiatan hulu migas ini mampu meningkatkan daya saing industri, penguasaan teknologi, dan menciptakan kesempatan kerja,” ungkapnya.

Menurut Yulita, hal tersebut didukung data dari SKK Migas bahwa, setiap pembelanjaan satu miliar di industri hulu migas  akan menghasilkan tiga output. Pemasukan ekonomi 1,6 miliar, penambahan Produk Domestik Bruto (PDB) Rp 700 juta, dan memberikan efek berantai terhadap peluang kesempatan kerja bagi 100 orang.

Yulita menekankan, tantangan dalam industri hulu migas bukan hanya dari segi operasional saja, tetapi juga teknis. Dalam kegiatan hulu migas, ada beberapa potensi insiden yang harus diwaspadai. Di antaranya, tabrakan kapal, sabotase, ledakan, semburan liar, kebakaran, dan platform miring. “Sebagai bentuk upaya mitigasi insiden tersebut, SKK Migas selalu membekali keselamatan kerja kepada karyawan,” ujar alumnus DTSP ITS angakatan 2002 ini.

Yulita menuturkan akan pentingnya keselamatan kerja pada hulu migas. Berkaca pada insiden ledakan Deepwater Horizon pada 2010 dikarenakan kurangnya perhatian pada keselamatan kerja. Ledakan ini menyebabkan tumpahan 4,9 juta barel minyak sepanjang 200 km sampai ke negara bagian. Pembersihan tumpahan minyak tersebut memakan biaya 14 milyar USD. “Kejadian ini juga menyebabkan sebelas pekerja tewas,” sahutnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan contoh insiden lain seperti tumpahan minyak Exxon Valdes. Oleh sebab itu, kegiatan hulu migas berpotensi menimbulkan keadaan darurat yang dapat merugikan banyak pihak. “Karenanya, dalam hulu migas mengutamakan suistanable managament system,” terangnya.

Yulita mengajak mahasiswa tentang perlunya upaya penghematan dalam penggunaan migas karena ketersediaan minyak di Indonesia mulai defisit. Pada kenyataannya, SKK migas mampu menghasilkan 7.500 barel per hari, namun kebutuhan minyak bumi di Indonesia mencapai 1,5 juta barel per hari. Di sisi lain, produksi terbesar SKK migas ada pada gas bumi yaitu sekitar 1,05 juta BOEPD.

Yunita menambahkan, melihat fenomena migas yang ada di Indonesia, maka sangat penting untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak. Salah satu caranya dengan penggunaan mobil dan motor listrik. “Dengan begitu, ketersediaan minyak di Indonesia tidak akan defisit,” pungkasnya. (ion 30/qin)

 

Berita Terkait