ITS News

Minggu, 16 Juni 2024
04 Oktober 2019, 08:10

Agnes Bagikan Tips Wirausaha pada Mahasiswa ITS

Oleh : itsram | | Source : ITS Online

Agnes Santoso ketika sedang membagikan kisahnya pada gelar wicara bertajuk Sukses Menuju Entrepeneur Muda di Tengah Era Disrupsi di Auditorium Sinarmas ITS

Kampus ITS, ITS News – Mahasiswa zaman sekarang dituntut untuk tidak sekadar menjadi pencari kerja, namun harus bisa menjadi pencipta kerja. Hal tersebut diungkapkan oleh Agnes Santoso, pemilik usaha Hey Startic dalam gelar wicara bertajuk Sukses Menjadi Entrepreneur di Tengah Era Disrupsi. Bertempat di Auditorium Sinarmas Teknik Industri ITS, Agnes membagikan kisah dan juga tipsnya dalam berwirausaha, Selasa (1/10).

Hey Startic merupakan sebuah sociopreneur yang bergerak di bidang fesyen yang berasal dari daur ulang sampah. Hey Startic bermula dari sebuah klub lingkungan bernama AVPeduli pada 2005 yang didirikan oleh Agnes dan adiknya, Vania. AVPeduli menginisiasi bisnis sosial yang dapat memberdayakan masyarakat yang berada di desa binaan dari AVPeduli. Dari sana lah muncul Hey Startic yang mulai merintis usahanya sejak 2011.

Mengusung slogan Eco-fashion for you, empowerment for society’, Hey Startic memproduksi produk-produk fesyen yang berbahan dasar sak semen, plastik bungkus kopi dan permen, serta botol plastik. Bahan-bahan bekas tersebut diperoleh dari kerja sama dengan kontraktor, bank sampah, dan warung-warung di Surabaya yang kemudian akan disulap menjadi berbagai produk seperti tas, dompet, sarung handphone, pigura foto, dan berbagai hiasan lain. 

Kesuksesannya yang kini telah menembus pasar internasional memang menyilaukan mata para pendengar. Namun Agnes mengaku menemui banyak lika-liku sebelum bisa menjadi seperti sekarang. “Awal kita jual produk-produk daur ulang ini, tidak ada konsumen domestik yang mau beli. Padahal di luar negeri sangat diminati bahkan laku seharga 15 USD,” ungkap Agnes.

Setelah ditelisik lebih lanjut, Agnes mendapati fakta bahwa konsumen Indonesia tidak tertarik ketika produknya terlihat seperti daur ulang. Berbanding terbalik dengan konsumen internasional yang justru mencari unsur daur ulang dengan visualisasi yang masih terlihat beberapa tulisan dari bahan dasarnya. “Hal inilah yang mengharuskan kita harus mampu bicara dalam bahasa konsumen, kita harus tahu apa yang mereka mau,” terangnya.

Dara yang dulunya seorang penyanyi cilik ini, bersama timnya di Hey Startic pun memutar otak untuk membuat produk daur ulangnya ini tetap terlihat artistik dan modis sehingga dapat diterima di pasar dalam negeri. Berbekal pengetahuannya, Ia mempercantik visaulisasi sak semen dengan metode pewarnaan yang menggunakan pola celup berbahan pewarna alami dan juga dilapisi dengan bahan yang membuat sak semen terlihat mengkilap, kuat, dan tahan air.

Keberhasilan Hey Startic dan AVPeduli terlihat dari produknya yang 70 persennya dipasarkan ke mancanegara dan sisanya dipasarkan di berbagai toko dalam negeri. Sukses berjuang dari tahun 2005 hingga kini, ia memberikan tips bagi mahasiswa ITS bahwa sangat penting untuk mengetahui apa yang diinginkan mangsa pasar.

Baginya, sangat penting bagi para perintis bisnis untuk melakukan riset terlebih dahulu. Agnes berpesan untuk tidak menjadi perintis bisnis yang latah. “Wih bisnis kopi lagi laris nih. Kayaknya enak jadi pebisnis kopi. Hal semacam ikut-ikutan seperti itu harus dihindari,” tuturnya.

Hal terakhir yang disampaikan oleh Agnes adalah sangat penting di era disrupsi ini untuk memanfaatkan kemajuan digital sebagai media pemasaran. Promosi melalui sosial media sangat efektif karena kecenderungan manusia yang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya. Membagikan cerita di balik sebuah produk juga bisa menjadi nilai tambah yang dapat menarik orang-orang membeli produk yang ditawarkan. (ram/id)

Agnes Santoso bersama para pembicara dan moderator gelar wicara Sukses Menuju Entrepeneur Muda di Tengah Era Disrupsi

Berita Terkait