Kampus ITS, ITS News – Tim Anargya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui mobil formula listrik andalanya, Anargya Electric Vehicle (EV) Mark 1.0, sukses berlaga di ajang Student Formula Japan (SFJ) 2019 dengan hasil yang membanggakan. Tim Anargya ITS mampu menempatkan diri di peringkat 11 tim terbaik secara keseluruhan dalam ajang internasional di Ecopa Arena, Shizuoka Prefecture, Jepang yang berakhir pada Sabtu (31/8) lalu.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Society of Automotive Engineers (SAE) Japan ini, Tim Anargya ITS harus bersaing ketat dan mengungguli beberapa perguruan tinggi terbaik di kawasan Asia. Capaian yang diraih oleh Tim Anargya ITS ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri, karena merupakan kali pertama tim berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini.
Selama lima hari kegiatan berlangsung, banyak rangkaian yang harus dilakukan oleh semua tim peserta, termasuk Tim Anargya ITS. Mulai dari uji coba, tes kelayakan atau inspeksi, presentasi, hingga penyesuaian mobil di lapangan. Kompetisi juga terbagi menjadi dua kategori yang bersangkutan dengan hal teknis dan juga nonteknis.
Dari segi teknis sendiri, Tim Anargya merupakan tim pertama dan satu-satunya tim dari Indonesia yang berhasil melewati tahap inspeksi EV 1. Tes ini sendiri merupakan bagian yang tidak mudah, karena juri akan mengecek beberapa perangkat elektronik yang mendukung standar keamanan pada mobil tersebut.
“Pencapaian ini merupakan sejarah besar bagi kami sebagai tim pertama dari Indonesia yang mampu melewati rangkaian tes hingga tahap EV 1,” ujar Made Bhaswara Wiranugeraha, Humas dari Tim Anargya ITS.
Sedangkan dari kompetisi nonteknis, lanjut mahasiswa yang akrab disapa Wira ini, Tim Anargya juga berhasil membawa pulang penghargaan sebagai 10 besar tim terbaik agau tepatnya di peringkat ke-8 dari segi biaya dan pengembangan mobil. Kompetisi ini menuntut peserta agar bisa membuat mobil dengan biaya yang rendah, namun memiliki performa yang baik.
Selain itu, mereka juga dituntut agar bisa mengaplikasikan biaya tersebut sespesifik mungkin dan seefisien mungkin. Mulai dari pemilihan material, desain, dan langkah-langkah manufakturnya. “Kami coba mengasumsikan proses pembuatan mobil ini 100 persen dibuat sendiri, sehingga mengetahui detail spesifik setiap bagiannya agar mendapatkan nilai yang terbaik,” papar mahasiswa Departemen Teknik Mesin ini.
Selain itu, menurut Wira, kemampuan Tim Anargya juga dinilai saat menjual produknya kepada investor pada pemaparan rencana bisnis. Aspek biaya dalam memanufaktur mobil merupakan hal utama yang menentukan penilaian juri. Keberhasilan di bidang nonteknis ini turut mengangkat peringkat Tim Anargya ITS pada penilaian tim secara keseluruhan dari segi teknis maupun nonteknis. “Syukurnya kami berhasil mendapatkan peringkat 10 besar dalam aspek biaya dan proses manufaktur ini,” ujar pemuda asal Bali ini bangga.
Lebih lanjut, kata Wira, keberhasilan Tim Anargya ini dilalui dengan proses yang tidak mudah. Dalam persiapannya sebelum berangkat ke Jepang, ada banyak dokumen yang harus dikumpulkan terlebih dahulu agar dinyatakan siap untuk berangkat ke Jepang. Manajemen waktu yang pas sangat menentukan keberhasilan tim ini, sehingga terhindar dari penalti dan kegagalan untuk berkompetisi. Tercatat hanya ada 18 tim dari 27 tim yang dinyatakan siap untuk mengikuti lomba, dan Tim Anargya merupakan salah satu tim yang dinyatakan siap untuk berlomba.
Hal ini membuktikan bahwa Tim Anargya memiliki daya saing yang bagus dan juga mampu bersanding dengan beberapa universitas terbaik dari Taiwan dan juga Jepang yang sudah berpengalaman dan memiliki akreditasi yang lebih bagus. Kemudian, kesiapan tim dalam beradaptasi saat penjurian di lapangan juga sangat menentukan keberhasilan tim ini. Tim Anargya sangat paham dengan mobil yang dibuat, sehingga hanya membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat untuk menjelaskan dan melakukan perbaikan dari arahan juri.
Mengenai prestasinya sebagai tim dengan perolehan nilai terbaik dari kawasan Asia Tenggara, Tim Anargya telah membuktikan bahwa riset yang dilakukan oleh mahasiswa khususnya ITS tentang pengembangan mobil listrik sudah lebih maju. “Kami sangat yakin perkembangan riset Indonesia dapat disejajarkan, bukan hanya negara Asia Tenggara, namun juga negara macan Asia lainnya seperti Tiongkok dan Jepang,” tandas mahasiswa angkatan 2017 ini optimistis.
Dari kompetisi pertama yang sudah diikuti oleh Tim Anargya ini, banyak dorongan dan motivasi lebih untuk mencapai prestasi-prestasi yang lebih tinggi nantinya. Tim-tim juara dari perguruan tinggi terbaik juga turut memotivasi mereka. “Mereka juga sangat ramah apabila diajak berdiskusi perihal pengembangan teknis mobil, pengalaman menyusun event persiapan, hingga manajemen tim terutama dalam memaksimalkan sumber daya yang ada,” tuturnya dengan antusias.
Untuk ke depannya, mereka berharap dapat memaksimalkan evaluasi yang sudah didapat supaya lebih mendorong mereka agar memperoleh hasil yang lebih baik lagi di tahun depan. Secara pengetahuan dan fasilitas sebenarnya tim ini tidak kalah jauh oleh tim dari Jepang maupun Tiongkok. “Yang kita perlukan adalah semangat, kerja keras,dan pantang menyerah agar bisa setara dengan tim-tim lain yang sudah berpengalaman,” pungkas Wira penuh semangat. (lut/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melantik 129 insinyur baru melalui Program Studi Program
Kampus ITS, ITS News — Kekeringan yang berkepanjangan berdampak pada kehidupan masyarakat. Menanggapi kondisi tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknik Material dan Metalurgi (DTMM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar acara IGNITE
Kampus ITS, ITS News – Menerapkan penggunaan teknologi tepat guna, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember