ITS News

Kamis, 25 April 2024
03 Juli 2019, 18:07

Green Laundry, Solusi Atasi Pencemaran Limbah Laundry

Oleh : itsmis | | Source : www.its.ac.id

Kampus ITS, ITS News – Menjamurnya jasa laundry di masyarakat saat ini juga membantu menghidupkan ekonomi masyarakat modern. Namun di sisi lain, usaha laundry juga menimbulkan masalah pencemaran lingkungan, karena pelaku usaha seringkali mengalirkan limbahnya secara langsung ke badan sungai atau saluran air.

(dari kiri ke kanan) Vina Rizky Andina, Nurul Widiastuti SSi MSi PhD, Alvin Romadhoni Putra Hidayat, dan Ahnaf

Menyadari hal itu, tiga orang mahasiswa Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyulap limbah laundry menjadi limbah yang aman dan layak buang. Ketiga mahasiswa itu adalah Alvin Romadhoni Putra Hidayat, Ahnaf, dan Vina Rizky Andina di bawah bimbingan Nurul Widiastuti SSi MSi PhD.

Ketua tim, Alvin Romadhoni Putra Hidayat mengatakan, limbah laundry memiliki kandungan zat kimia yaitu surfaktan dan senyawa fosfat yang tinggi. Kedua zat ini berfungsi sebagai pengikat kotoran yang menempel pada pakaian.

Alvin Romadhoni Putra Hidayat sedang mengoperasikan alat strograph VG10E untuk uji kuat tarik membran di Laboratorium Kimia ITS

Menurutnya, ketika dibuang ke lingkungan air akan mengakibatkan pengurangan kadar oksigen dalam air. “Hal itu dapat mengancam keberlangsungan hidup biota air,” ujarnya. Atas dasar itulah, Alvin dan rekan-rekannya menciptakan ide Green Laundry. Mereka pun berhasil merampungkan material pengolahan limbah cucian tersebut berupa membran atau selaput tipis selama dua bulan.

Ahnaf melakukan pengambilan cetakan membran untuk uji limbah laundry

Adapun, membran ini tersusun dari senyawa kimia titanium oksida yang di-doping dengan nitrogen yang berasal dari urea. Menurut Alvin, alasan dipilihnya urea karena tidak menimbulkan masalah limbah baru dalam proses pengolahan. “Proses doping digunakan untuk mempengaruhi karakter material, sehingga lebih efektif dalam melakukan penyaringan”, jawabnya.

Alvin menambahkan, aktivitas membran tersebut masih belum optimal ketika dilakukan pengujian, sehingga ditambahkan senyawa kimia polimer yaitu polietilena glikol dan poliester sulfon. “Berdasarkan studi literatur, kedua polimer ini membantu meningkatkan aktivitas penyaringan pada membrane,” urainya.

Ahnaf melakukan uji pengurangan limbah laundry dengan metode ultrafiltrasi

Dipaparkan Alvin, cara kerja membran ini cukup sederhana, di mana surfaktan dan senyawa fosfat yang terkandung dalam limbah ditahan oleh membran tersebut karena ukuran pori yang sangat kecil. “Di sinilah terjadi proses penyaringan, sehingga air limbah menjadi jernih, aman, dan layak dibuang,” jelasnya.

Pernyataan tersebut dikatakan Alvin bukanlah tanpa alasan. Hasil penyaringan air limbah laundry tersebut dianalisis menggunakan alat refluks dan winkler dan terjadi penuruan kadar Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dan Kebutuhan Oksigen Hayati (BOD) sebesar 85 persen dan 83 persen.

Secara sederhana, semakin tinggi kadar COD dan BOD, maka semakin tinggi reaksi kimia dan bakteri menghabiskan oksigen di dalam air untuk menguraikan air limbah. “Banyaknya oksigen yang dihabiskan mengakibatkan kadar oksigen dalam air semakin sedikit,” singkat mahasiswa kelahiran 1998 ini.

Proses pembuatan membran dengan pelarut DMAc (dimetil asetamida) yang dicampur dengan polieter sulfon, TiO2-N

Inovasi yang dikembangkan tim dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini, diharapkan bisa lolos untuk ditunjukkan sebagai bentuk karya penelitian pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-32 pada bulan Agustus mendatang. “Kami sangat bangga ketika kami berhasil menjadi perwakilan ITS serta mendapatkan medali emas kelak,” tutur mahasiswa asal Surabaya ini. (rio/HUMAS ITS)

Berita Terkait