ITS News

Sabtu, 20 April 2024
17 April 2019, 00:04

Secarik Pesan, Untukmu yang Enggan Berdansa dalam Pesta Demokrasi

Oleh : itsdik | | Source : -

Ilustrasi maraknya budaya golput di kalangan masyarakat. (sumber : nusantaranews.co)

Kampus ITS, Opini – Pesta Demokrasi lima tahunan sekali kembali dihelat. Kedua kubu yang bersaing nampak sangat bersemangat dalam menyajikan jamuan mereka. Para tamu undangan berpesta riang, semuanya gembira ria menyantap hidangan yang disajikan. Sementara aku, duduk termenung di pojok ruangan. Bagiku ini bukan pesta, tapi siksa. Tak ada satupun hidangan dari kedua kubu yang menarik perhatianku. Aku terlanjur kecewa dengan cara mereka menghidangkan sajian ini, sampai-sampai tidak sudi untuk sekedar mencicipinya. Aku lupa, bahwa lima tahun kedepan, suka atau tidak, salah satu dari mereka akan menentukan apa yang aku makan setiap paginya. Bodohnya aku.

Sebagai rakyat Indonesia yang baik, kita dianjurkan dengan sangat untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas pemilihan umum (pemilu). Baik sebagai calon legislatif (caleg), tim sukses caleg, hingga sekadar memberikan suara kita kepada calon yang dirasa paling sesuai. Sayangnya tidak semua memahami hal ini dengan baik. Sebagian orang masih menganggap rutinitas mereka jauh lebih penting dibanding memikirkan hal rumit seperti politik dan lika-likunya.

“Daripada pusing mikirin masalah bersama (pemilu), mending mikirin masalah sendiri aja. Masalah hidup aja udah gak karuan, ngapain juga ngurusin masalah orang lain,” tutur sebagian kecil (tapi banyak) dari kita.

Padahal nyatanya, kehidupan pribadi setiap masyarakat sangat bergantung kepada stakeholders yang memegang kendali pemerintahan. Tentunya, para stakeholder ini tak lain merupakan hasil pilihan terbanyak yang dipilih masyarakat ketika pemilu. Lantaran caleg yang akan menjadi stakeholders adalah peraih suara terbanyak, alangkah bijaknya apabila segenap masyarakat berperan aktif mengikuti dan turut mengawasi pelaksanaan pemilu.

Karena segala hal terkait pemilu dan politik ini bukan hanya tentang seorang individu atau kelompok tertentu. Bukan hanya untuk kepentingan suku, golongan, atau agama tertentu. Ini semua adalah tentang kita semua, segenap masyarakat Indonesia. Yakinlah bahwa hal sederhana yang saat ini kita anggap sepele, mampu menjadi butterfly effect terhadap kehidupan pribadi kita di masa depan.

Oleh sebab itulah, alangkah bijaknya jika mulai saat ini kita sebagai warga negara yang baik mulai memperhatikan permasalahan politik. Terlebih lagi pada pemilu serentak tahun ini. Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Slogan itulah yang mesti kita ingat dan menjadikannya sebagai penyemangat. Mari singkirkan egoisme sesaat, demi Indonesia yang lebih bermartabat. Saya jadi teringat dengan pesan salah seorang dosen ITS. Beliau menuturkan, seorang engineer yang baik tidak harus berkecimpung dalam dunia politik, namun harus mampu memahami politik.

 

Muhammad Faris Mahardika

04311840000101

Mahasiswa Departemen Teknik Kelautan

Berita Terkait