ITS News

Senin, 17 Juni 2024
08 April 2019, 01:04

Gunung Penanggungan dan Nilai Sejarah yang Terancam Rusak

Oleh : itsjun | | Source : https://www.its.ac.id

Pakar Geologi ITS, Dr Ir Amien Widodo MSi saat memaparkan materi dalam diskusi terbuka dengan tema Gunung Penanggunganan dalam Tekanan Pembangunan

Kampus ITS, ITS News – Wajah lereng Gunung Penanggungan yang berada di Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan semakin memprihatinkan akibat adanya penambangan pasir dan batu untuk pembangunan jalan tol. Berangkat dari permasalahan tersebut, Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menghelat diskusi terbuka dengan tema Gunung Penanggunganan dalam Tekanan Pembangunan, Sabtu (6/4).

Seperti diketahui, Gunung Penanggungan dikenal mempunyai nilai sejarah tinggi karena di sekujur lerengnya banyak ditemukan peninggalan purbakala. Adapun situs arkeologi dan spiritual dari era Hindhu-Buddha yang berada di lereng tersebut diantaranya candi, ceruk pertapaan, dan petirtaan.

Pakar Geologi ITS, Dr Ir Amien Widodo MSi dalam paparannya mengatakan bahwa sampai sekarang masih banyak candi yang belum teridentifikasi dengan baik sehingga sejarahnya pun belum tersusun. “Oleh karena itu, dengan adanya penambangan yang terus dilakukan dikhawatirkan akan ada situs sejarah yang rusak atau pun hilang,” terangnya.

Selain itu, Amien, biasa ia disapa mengatakan bahwa apabila penambangan sirtu dan batu andesit tidak dibatasi, maka akan menimbulkan masalah baru yakni memicu terjadinya erosi dan longsor. Hal tersebut disebabkan karena pemotongan lereng bagian bawah akan memperbesar sudut kemiringan lereng total sehingga lapisan tanah di atasnya menjadi kritis. “Sedangkan permukiman penduduk dan situs-situs sejarah berada di lapisan tanah tersebut. Apabila longsor terjadi, maka pemukiman dan situs tersebut akan ikut jatuh,” terangnya.

Lebih lanjut, Dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini pun menuturkan bahwa penambangan yang dalam dapat menghilangkan air tanah yang berada di atasnya, termasuk menghilangkan sumber-sumber air lainnya. Menurutnya, hal ini akan berpengaruh besar pada lingkungan sebab air tanah menjadi sumber air bagi vegetasi yang ada di Gunung Penanggungan saat musim kemarau. “Apabila vegetasinya mengering, maka akan lebih mudah terjadi kebakaran,” imbuhnya.

Namun, disisi lain, Amien menuturkan bahwa penambangan yang dilakukan di Gunung Penanggungan memang telah mendapat izin alias dilegalkan oleh pemerintah. Maka dari itu, dalam diskusi tersebut ia berharap akan ada usul kebijakan baru untuk mencari titik temu yang terbaik dalam rangka pemanfaatan Gunung Penanggungan yang tentunya mempertimbangkan banyak aspek.

Untuk menangani permasalahan tersebut, ayah dua anak ini juga mengatakan bahwa keilmuan di bidang Teknik Geofisika  dapat mengambil peran, salah satunya dengan melakukan pemindaian terhadap lapisan tanah untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya situs peninggalan sejarah. Selain dihadiri oleh para praktisi di bidang geologi dan geofisika, dalam acara yang bertempat di Laboratorium  Departemen Teknik Geofisika ITS ini juga hadir praktisi dari kalangan arkeolog, komunitas pemerhati sejarah serta relawan. (jun/mik)

Berita Terkait