ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
06 April 2019, 20:04

Mengulik Eksistensi Nelayanku di Bumi Maritimku

Oleh : itsdik | | Source : https://www.its.ac.id

Foto para nelayan tengah merapikan jalanya. Sumber foto : monabay.co.id

Kampus ITS, Opini – Mungkin sebagian besar masyarakat telah mengetahui, bahwa Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia. Sebuah negara dengan 17.499 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas hingga Kepulauan Rote. Dengan luas total 7,81 juta Km2 yang didominasi lautan, jelas menjadikan Indonesia layak disebut sebagai Negara Maritim. Namun dengan julukan-julukan tersebut, bagaimanakah eksistensi nelayan di Indonesia?

Nelayan Indonesia hingga detik ini masih didominasi nelayan konvensional. Yang mana, sebagian besar nelayan masih menggunakan peralatan dan cara-cara yang tradisional untuk mendapatkan ikan. Sebagian besar penangkap ikan ini masih menggunakan jaring yang di lempar ke laut secara manual. Berbeda dengan sebagian besar nelayan di belahan bumi lain.

Perbedaan perlengkapan nelayan dapat kita intip dari negara tetangga. Dapat kita lihat dari negara Jepang, negara yang sangat bergantung pada hasil sumber daya lautnya ini memiliki nelayan dengan perlengkapan yang nyaris lengkap. Sonar, Echo Sounder, Net Recorder, Satelit, dan berbagai macam perlengkapan lainnya turut memudahkan nelayan dari Negara Sakura itu. Belum lagi, jaring yang dimiliki nelayan, telah dilengkapi teknologi yang sangat memudahkan pekerjaan mereka.

Namun benarkah perbedaan kualitas alat bantu untuk menangkap ikan ini sangat berpengaruh? Tentunya tidak hanya dari faktor tersebut. Saat ini dapat dijadikan bahan renungan bersama bahwa nelayan Indonesia masih belum mendapatkan perhatian yang cukup. Tidak hanya oleh pemerintah, pengusaha, militer, serta masyarakat sipil masih kurang memperhatikan dan memberi apresiasi lebih atas kerja keras nelayan Indonesia.

Hal di atas dapat disimpulkan lantaran berbagai hal berikut. Pemerintah layaknya memiliki andil terbesar dalam menentukan kesejahteraan para nelayan. Pada sebuah negara, yang mengatur kemana arah gerak negara tersebut ialah pemerintah. Pemerintah melalui presiden, menteri, serta pejabat terkait lainnya dapat memberikan otoritas tertinggi dan menjadi pembuka jalur untuk menyejahterakan kehidupan nelayan.

Baru setelah hal tersebut, masyarakat sipil bersama pengusaha dapat lebih mudah untuk tergerak memberikan bantuan dan kontribusi terbaik mereka bagi para nelayan. Baik itu sebagai konsumen, distributor, dan semacamnya. Dari pihak militer, memiliki peran yang tidak kalah penting. Yakni sebagai ujung tombak pertahanan, agar kekayaan laut Indonesia tidak jatuh ke pihak yang salah. Militer tidak hanya mengawasi penangkap ikan ilegal, namun juga melindungi hak nelayan Indonesia dan turut bantu menjaga kelestarian ekosistem laut.

Namun terlepas dari hal-hal tersebut, harus kita akui bersama bahwa edukasi yang diberikan bagi para penangkap ikan masih sangat minim. Dan dari pihak lain pun juga kurang memperhatikan nelayan. Jadi dapat dikatakan bahwa ini merupakan kesalahan segenap lapisan masyarakat Indonesia. Dan merupakan tugas serta tanggung jawab kita bersama, untuk membenahi kondisi ini.

Berdasarkan data dari detik.com (2018), Indonesia memiliki nelayan penangkap ikan sejumlah 2,73 juta jiwa, dan pembudidaya ikan sejumlah 3,35 juta jiwa. Jumlah ini jelas sedikit dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang berprofesi di sektor pertanian, kehutanan, industri, dan semacamnya. Padahal jika direnungkan bersama, sudah semestinya masyarakat Indonesia lebih bergantung kepada kekayaan sumber daya lautnya.

Bayangkan saja, dengan karunia luas laut yang sangat menakjubkan tersebut, tentunya memiliki kekayaan yang melimpah. Bukan sekadar untuk di eksploitasi, melainkan juga untuk dilestarikan. Jika mulai terdapat kemajuan dari segenap aspek di atas akan kayanya maritim Indonesia, tentu akan menunjang sejahteranya Indonesia. Tidak hanya nelayan Indonesia yang sejahtera, tetapi juga masyarakat lain yang turut memanfaatkan kekayaan laut dengan bijak.

Di samping edukasi, kebahagiaan para nelayan juga perlu ditingkatkan. Tidak dapat dipungkiri lagi, kebahagiaan seseorang akan mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan orang tersebut. Begitu pun dengan nelayan, jika faktor-faktor yang menjadi pemicu kebahagiaan nelayan telah mampu dipenuhi, maka akan menjadikan produktivitas nelayan lebih baik lagi.

Sehingga pada nantinya tangkapan ikan akan lebih banyak namun tetap stabil. Dan jika peralatan nelayan sudah mumpuni dan cukup terbarukan, akan mengurangi pula tingkat perusakan dalam menangkap ikan. Identitas Indonesia sebagai negara maritim akan semakin nyata. Masyarakat akan lebih sadar, dan tidak luput juga, eksistensi nelayan akan semakin penting dan diperlukan.

Ditulis oleh:

Muhammad Faris Mahardika
Mahasiswa Teknik Kelautan
Angkatan 2018
Reporter ITS Online

Berita Terkait