ITS News

Senin, 17 Juni 2024
19 Maret 2019, 20:03

Mengintip Kisah Reza dan Candunya pada Dunia Keilmiahan

Oleh : itsjun | | Source : https://www.its.ac.id

Reza Aulia Akbar saat berfoto di depan gedung Rektorat

Kampus ITS, ITS News – Reza Aulia Akbar dan dunia keilmiahan seperti dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bagaimana tidak, sudah segudang prestasi nasional maupun internasional ia raih melalui berbagai karya ilmiah yang ditulisnya. Deretan prestasi itu pula yang mengantarkannya menyabet peringkat dua mahasiswa berprestasi (Mawapres) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Mahasiswa Departemen Teknik Industri itu bercerita, awal perkenalannya dengan dunia keilmiahan bermula sejak ia berada di bangku SMP. Keluarganya lah yang pertama kali mengenalkan Reza kecil pada dunia penelitian. Saat itu, untuk pertama kalinya mahasiswa asal Bantul ini mengikuti Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR-SMP). Karya perdananya tentang almari pengering pakaian hemat energi berhasil meraih medali perunggu saat itu.

Ibarat candu, sekali cicip Reza tak mau berhenti. Sejak saat itu ia tak pernah absen mengikuti berbagai lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan terus mendulang prestasi. Tercatat mulai dari SMP hingga masa perkuliahannya yang kini menginjak tahun ketiga, hampir lima puluh sertifikat KTI berhasil ia kantongi. Tak ayal pada saat mengikuti seleksi mawapres, asisten Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja (EPSK) Teknik Industri ITS ini juga berhasil meraih predikat KTI dan presentasi terbaik.

Berkecimpung dalam dunia keilmiahan sedari lama membuat Reza ingin membagikan ilmunya kepada banyak orang. Bersama para juara KTI dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia ia pun medirikan sebuah startup bernama Science Hunter.  Startup itu kini telah memiliki anggota sebanyak 16000 orang.  “Science Hunter ini merupakan satu-satunya startup di Indonesia yang fokus terhadap dunia riset dan keilmiahan,” jelas mahasiswa yang pernah meraih tiga penghargaan sekaligus dalam kompetisi Korea International Youth Olympiad (KIYO ) di Seoul, Korea Selatan tersebut.

Melalui startup yang dirintisnya, ia kerap memberi pelajaran seputar keilmiahan secara daring maupun secara langsung melalui seminar dan pembinaan. Selain itu, sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat ia juga kerap menyambangi sekolah-sekolah guna memberikan pelatihan dan motivasi mengenai dunia keilmiahan. Bahkan kegiatan ini telah ia lakukan sampai ke luar kota Surabaya.

Bagaimana pun, bagi Reza dunia akademik dan keilmiahan adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Dengan menekuni dunia keilmiahan, ia bisa sekaligus mengimplementasikan Tri Dharma perguruan tinggi lewat penelitian dan pengabdian masyarakat. “Meskipun saat masih menjadi mahasiswa  untuk merealisasikan penelitian kita agaknya susah, tetapi saya percaya setidaknya kita sudah memiliki mindset atau pola pikir yang bagus untuk kemajuan penelitian di Indonesia,” tegas  alumnus SMA Negeri 1 Yogyakarta tersebut.

Namun, di balik segudang prestasinya tersebut bukan berarti ia tak pernah menemui kegagalan. Ia menceritakan bahwa dirinya sempat  mengikuti lomba yang sama sampai tiga kali baru ia bisa mendapatkan juara. “Kuncinya adalah terus mencoba, jangan pernah takut gagal. Kalau pun gagal yang harus kita lakukan adalah mengevaluasi kegagalan itu sampai menemukan strategi yang pas untuk meraih keberhasilan,” serunya. (jun/mik)

Berita Terkait