ITS News

Jumat, 19 April 2024
28 Februari 2019, 00:02

Solusi dari SIDI untuk Kembangkan Pulau di Perbatasan

Oleh : itsmis | | Source : https://www.its.ac.id/

Logo dari Sustainable Island Development Initiatives (SIDI)

Kampus ITS, ITS News – Sebagian besar dari 17.504 pulau di Indonesia merupakan pulau-pulau kecil yang sangat subur dan memiliki keindahan alam. Namun, penduduk pulau tersebut harus menghadapi tantangan seperti kurang lengkapnya penyediaan fasilitas umum serta tingginya harga kebutuhan barang dan jasa. Menghadapi hal tersebut, Prof Ir Eko Budi Djatmiko MSc PhD FRINA bersama timnya merancang program Sustainable Island Development Initiatives (SIDI). Hal ini ia sampaikan dalam seminar nasional bidang maritim, Sabtu (24/2) lalu.

SIDI sendiri merupakan prakarsa pengembangan pulau berkelanjutan guna mengembangkan pulau-pulau kecil di Indonesia. Prakarsa ini mendapatkan mandat dari Kementerian Kelautan pada 2012 silam untuk mengadopsi pulau-pulau di perbatasan negara. Pulau-pulau tersebut ialah pulau Maratua yang terletak di Berau, Kalimantan Timur, dan pulau Poteran di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Pria yang akrab disapa Eko itu menjelaskan, salah satu persoalan yang sering terjadi di pulau-pulau kecil adalah tidak adanya pemantauan terhadap program pengembangan oleh pemerintah pusat. Sehingga tidak ada keberlanjutan terhadap program tersebut. Selain itu, pulau-pulau kecil ini banyak ditinggalkan oleh generasi muda karena sangat terpencil. Menyebabkan populasi yang sangat sedikit dan potensi yang kurang dimanfaatkan.

Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu menjelaskan, setiap pulau memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda-beda. Sehingga, perlu pendekatan yang berbeda pula dalam pengembangannya.

Pada pulau Maratua sendiri dikelilingi oleh wilayah perairan dengan tingkat keragaman hayati yang tinggi, serta terdapat hutan Mangrove yang memiliki luas 385 kilometer persegi. Selain itu, pulau yang dinilai unik ini memiliki lingkungan yang sehat. “Pulau ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi wisata bahari atau marine tourism,” ungkap Eko.

Sedangkan di sisi lain, pulau Poteran memiliki banyak potensi pertanian khususnya daun kelor dan rumput laut. Eko menambahkan, tanaman kelor sendiri merupakan salah satu tanaman yang paling bermanfaat di dunia. “Banyak nutrisi yang terkandung didalamnya, bahkan kandungan kalsiumnya empat kali lebih banyak daripada susu,” ujar dosen Teknik Kelautan ITS itu.

Dalam proses pengembangan pulau yang berada 100 kilometer di sebelah timur Surabaya itu, Eko bersama timnya menjalin kerja sama dengan petani lokal. Hal ini untuk merealisasikan bisnis agro daun kelor dan rumput laut dari prakarsa tersebut.

Adapun beberapa program dari SIDI sendiri, salah satunya adalah berupa pengembangan angkutan masyarakat. “Kita harus mengembangkan perekonomian individu yang baik. Perekonomian itu ditunjang oleh sistem transportasi yang memadai,” jelasnya.

Selain itu, program SIDI juga mencanangkan pengembangan hidroponik, mendesain pengelolahan limbah, hotel, dan bangunan bandara, serta tersedianya situs yang dapat diakses secara gratis. Namun, lanjut Eko, program-program itu juga harus disesuaikan dengan wilayah pengembangannya masing-masing.

Di samping itu, Eko mengungkapkan, SIDI sendiri merupakan salah satu perwujudan kemitraan perguruan tinggi, industri, dan pemerintah. Dalam penelitiannya, terjalin kerjasama antara ITS, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), dan Wismar University of Applied Sciences Jerman melalui program Student’s Research and Development Terms (SR&DT). Eko pun berharap, prakarsa ini mendapat dukungan dari pihak pemerintah maupun pihak yang memiliki kepentingan terkait. (vi/mir)

Peserta seminar nasional bidang maritim, Sabtu (24/2)

Berita Terkait