Opini, ITS News – Hari ini, 14 Februari 2019 sebagian penduduk bumi memperingati hari yang dikenal dengan hari kasih sayang. Menurut saya, kasih sayang tidak hanya diperuntukkan pada sepasang kekasih saja, namun kepada semua manusia di muka bumi yang mengemban misi sosial kemanusiaan, khususnya mereka yang berusaha untuk memanusiakan manusia, meski berbeda agama, ras, budaya, umur dan golongan.
Di sini, saya tidak berusaha menyentuh masalah historis atau sejarah valentine karena semua orang bebas untuk menafsirkan dari kacamata wawasan keilmuannya masing-masing. Namun di sini saya mencoba memaknai hari kasih sayang dari tren kegunaannya bagi rasa kemanusiaan.
Belakangan ini, hari valentine diidentikkan sebagai hal-hal yang berbau seksualitas. Berbagai postingan di media sosial berlomba-lomba untuk melarang perayaan hari valentine ini. Bahkan ada sebagian orang berpikir bahwa merayakan valentine dapat mengarahkan ke hubungan yang di luar pernikahan. Meski benar ada faktanya dari berbagai media, namun hal tersebut tidak semestinya terus-menerus, melainkan harus dicari solusi efektifnya.
Hal itu terjadi, tidak berawal dari sebuah kebetulan atau takdir. Namun, diakibatkan dari sebuah pemikiran yang agak sedikit melenceng dalam mengartikan dan memaknai hari valentine. Adanya faktor lingkungan, dukungan keluarga, wawasan, dan keimanan bisa menjadi empat pilar utama dalam hal mempengaruhi timbulnya konotasi pemikiran tersebut.
Dengan begitu banyaknya pandangan buruk mengenai Hari Valentine, tidak heran jika muncul aksi demo atau penolakan, juga adanya pembatasan pergaulan ketat yang tidak baik di kalangan remaja oleh berbagai pihak. Namun, alangkah baiknya peran dari berbagai pihak tersebut mengajarkan dan menekankan soal pendidikan mengenai sikap dan pergaulan khususnya pada anak remaja agar kelak tidak menjadikan hari valentine sebagai penyebab dari adanya pergaulan buruk tersebut.
Dari kacamata pribadi, kita bisa memetik nilai positif hari valentine untuk menjadi momentum dalam hal saling mengingatkan dan saling mengasihi. Baik dalam lingkup pergaulan, lingkungan kerja, terlebih lagi dalam keluarga yang sesuai dengan norma budaya. Hal ini bisa dilakukan dengan menyatakan kasih kepada orang-orang terkasih, seperti pasangan, keluarga, dan teman sebaya melalui kartu ucapan, coklat, bunga, boneka, atau makan malam bersama.
Berbicara menyoal kasih kasih sayang, Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta Odang telah mengatakan bahwa setiap butir yang terdapat dalam Pancasila merupakan wujud kasih sayang sesama rakyat Indonesia. Semangat persatuan dan kesatuan adalah identitas bangsa, sehingga harus dipertahankan dengan rasa kepemilikan dan kasih sayang.
Bisa menjadi persoalan serius di negeri ini, bila setiap orang seolah saling menyakiti. Para pejabat menyakiti masyarakatnya dengan janji palsu dan korupsi, para suami dan istri saling menyakiti dengan perselingkuhan, hingga pihak orang tua yang menyakiti anaknya dengan kekerasan. Oleh karenanya, sebagai manusia sejati tentunya diciptakan tidak hanya dengan nafsu belaka, tapi juga dengan akal budi dan hati untuk saling mengasihi dengan sesamanya.
Ditulis oleh:
Rio Pridatama
Mahasiswa Departemen Kimia ITS
Angkatan 2016
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan kegiatan pelatihan penulisan buku sebagai upaya untuk terus
Kampus ITS, ITS News —Sebagai kampus dengan riset dan teknologi terdepan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendapat amanah dari
Kampus ITS, ITS News — Merayakan satu dekade perjalanan, Business Management Student Association Institut Teknologi Sepuluh Nopember (BMSA ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali pertahankan komitmennya dengan meraih kembali Indonesia’s SDGs Action Awards