ITS News

Sabtu, 05 Oktober 2024
06 Februari 2019, 01:02

Memaknai Toleransi dan Rasa Syukur dalam Perayaan Imlek

Oleh : itsmis | | Source : -

Anak-anak etnis Tionghoa yang merayakan tahun baru imlek

Opini, ITS News – Tahun Baru Imlek merupakan salah satu perayaan tahunan etnis tionghoa di seluruh dunia. Tidak terkecuali di Indonesia, negara yang terkenal akan banyaknya suku bangsa di dalamnya. Perayaan Imlek di Indonesia selalu semarak di berbagai kota dengan adanya pertunjukan barongsai, terpasangnya banyak lampion di beberapa fasilitas umum, hingga banyaknya diskon yang diberikan di beberapa mall dan supermarket.

Momen Imlek sangat lekat sekali dengan harapan keberuntungan serta keharmonisan keluarga. Menjadi momen tepat untuk berkumpul bersama keluarga, membagikan angpao kepada sanak saudara, hingga beristirahat sejenak dari berbagai kesibukan dunia. Menjadi momen untuk mensyukuri semua hal yang sudah didapat, serta menatap dengan optimistis semua tantangan ke depannya.

Imlek tidak hanya menjadi seremoni tahunan bagi etnis tionghoa saja. Banyak sekali makna penting dari perayaan imlek yang dapat diimplementasikan bagi semua orang. Satu yang paling penting adalah toleransi dalam keberagaman. Menurut Sensus Penduduk tahun 2010, populasi etnis tionghoa di Indonesia hanyalah 1,2 persen dari total penduduk Indonesia. Hal yang harus diingat, menjadi tionghoa bukan berarti tidak Indonesia.

Indonesia memiliki catatan kelam masalah toleransi dengan etnis tionghoa. Di mana saat kerusuhan pada 1998, banyak sekali toko yang dimiliki etnis tionghoa dijarah oleh warga. Negeri ini rasanya alergi dengan keberadaan mereka. Tanpa pernah disadari bahwa etnis tionghoa pernah ikut berjuang merebut kemerdekaan, hingga melambungkan nama Indonesia dalam kancah olahraga. Perlu diingat juga bahwa etnis tionghoa ikut berperan besar dalam membangun perekonomian Indonesia.

Permasalahan toleransi sangat lekat halnya dengan hak hidup dan mengembangkan diri. Dengan toleransi yang selalu diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara akan menciptakan persatuan yang kokoh dalam suatu bangsa. Hilangkan sekat antar etnis untuk bisa terjalin keharmonisan dalam bermasyarakat. Menjadi satu Indonesia haruslah tertanam dalam sikap dan pemikiran.

Pelajaran penting lain dari Imlek adalah rasa syukur. Selama perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa merayakannya dengan sembahyang Imlek dan perayaan Cap Go Meh yang bertujuan sebagai wujud syukur dan doa harapan agar di tahun depan mendapatkan rezeki yang lebih banyak. Syukur di sini tidak dimaknai sebagai kata puas. Namun lebih pada menerima semua hal yang sudah dicapai serta berharap mendapatkan keberuntungan lebih kedepannya.

Sering selama ini tanpa disadari kita ingin mendapatkan sesuatu yang lebih setiap harinya. Pikiran selalu terfokus untuk bekerja lebih setiap harinya. Saat tujuan tidak tercapai, manusia menjadi frustasi atau bahkan sedih karena usaha keras tidak membuahkan hasil. Di situlah peran penting rasa syukur sebagai obat bagi diri sendiri. Dengan memiliki rasa syukur, kita akan dapat lebih menikmati hasil yang sudah dicapai dari kerja keras sebelumnya.

Makna toleransi dan rasa syukur tersebut perlu kita perhatikan pada tahun ini. Mengingat 2019 adalah tahun politik di Indonesia. Mari kita hargai pilihan politik masing-masing individu. Mari kita hargai orang lain dalam mengemukakan pendapatnya. Mari kita hargai kelompok lain dengan pendirian dan optimisme pada pilihannya. Serta, tidak serta merta mengkritik dan mengomentari tanpa sempat bersyukur akan kemajuan Indonesia dalam berbagai aspek selama ini.

Selamat Tahun Baru Imlek 2570. Gong Xi Fa Cai.

Ditulis oleh:

Septian Chandra Susanto
Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota
Angkatan 2018
Reporter ITS Online

Berita Terkait