ITS News

Senin, 07 Oktober 2024
01 Januari 2019, 09:01

Cegah Bahaya Merkuri, Mahasiswa ITS Manfaatkan Ampas Tebu

Oleh : itsmis | | Source : -

(Dari kiri) Alvin Rahmad Widyanto, Vicario Baroroh, dan Irmariza Shafitri Caralin, saat meraih penghargaan Juara 1 pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Cosmos di Universitas Diponegoro, akhir November lalu.

Kampus ITS, ITS News – Tidak sedikit tambang emas di Indonesia yang menggunakan logam merkuri dalam proses penambangannya. Padahal, jika ditilik lebih jauh merkuri sangat berbahaya apabila terakumulasi dalam tubuh ikan maupun manusia. Menyadari potensi bahaya tersebut, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan biosorben dari ampas tebu yang dapat mengikat merkuri.

Mereka adalah Vicario Baroroh, Irmariza Shafitri Caralin, dan Alvin Rahmad Widyanto, mahasiswa yang menciptakan metode biosorben menggunakan ampas tebu. Biosorben merupakan bahan yang memiliki pori–pori banyak. Sehingga proses adsorpsi (kondisi di mana sesuatu memasuki zat lain, red) dapat berlangsung pada dinding pori atau terjadi pada daerah tertentu di dalam partikel tersebut.

Sekumpulan mahasiswa Departemen Kimia itu mengaku memilih metode bioserben karena dapat mengurangi kadar bahaya merkuri hingga 92 persen. Setelah kadar berkurang, merkuri masih dapat digunakan kembali untuk memurnikan emas. “Penggunaannya efektif hingga 100 kali permunian,” ujar Baroroh.

Proses uji biosorben merkuri tersebut dilakukan dengan menggunakan karbon aktif dari ampas tebu. Wanita yang akrab disapa Roroh itu menjelaskan, setelah ampas tebu diaktivasi oleh larutan natrium hidroksida dan hidrogen klorida, hasil aktivasinya dilanjutkan dengan adsorpsi logam merkuri. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapasitas adsorpsi dan isoterm, yaitu nilai perubahan keadaan gas pada suhu yang tetap.

Berdasarkan hasil pengujian, perlakuan aktivasi ternyata memberikan perubahan ukuran pada adsorben (zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida, red) yang semula berukuran besar menjadi lebih kecil dan selektif. “Ukuran yang kecil inilah, membantu meningkatkan kapasitas adsorpsi terhadap merkuri,” paparnya.

Pemilihan ampas tebu sebagai bahan karbon aktif sendiri bukanlah tanpa alasan. Roroh bersama dua rekannya itu memilih ampas tebu kendati kandungan selulosanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan sekam padi maupun jerami.

Dengan kandungan selulosa yang tinggi, lanjut Roroh, maka akan berdampak pula pada kapasitas adsorpsi merkuri yang tinggi. Selain itu, pemilihan ampas tebu pun didasari oleh keberadaannya yang mudah dijumpai.

Melalui hasil inovasi tersebut, tim yang dibimbing oleh Ir Endang Purwanti S MT ini berhasil meraih juara pertama. Tepatnya pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Cosmos di Universitas Diponegoro, akhir November lalu. (cha/mir)

Berita Terkait