Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITS Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT ketika memaparkan hasil risetnya terkait pemanfaatan energi surya di IMRC 2018
Kampus ITS, ITS News – Ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil seperti batu bara, minyak dan gas sudah tidak terbendung lagi. Upaya untuk mewujudkan stabilitas energi pun mulai digalakkan semua pihak. Salah satunya adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) lewat Indonesia – Malaysia Research Consortium (IMRC) 2018. Pada kesempatan ini, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITS Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT memaparkan hasil risetnya terkait pemanfaatan energi surya.
Dikatakan Adi, sapaannya, dewasa ini semakin banyak masyarakat yang ketergantungan terhadap listrik di setiap aktivitasnya. Contoh sederhananya adalah telepon genggam yang setiap saat ada di tangan. “Sehingga kebutuhan energi listrik pun terus meningkat,” ungkapnya pada Seminar IMRC 2018, Rabu (21/11).
Dengan memanfaatkan energi surya, sambung Adi, akan banyak manfaat yang didapatkan. Jika panel surya sudah dipasang, maka tidak dibutuhkan lagi jaringan transmisi. “Kita memprediksi akan ada periode dimana setiap rumah tangga punya listriknya sendiri-sendiri,” terangnya.
Adi menjelaskan, riset yang dilakukannya berupa pembuatan platform yang memungkinkan terjadinya transaksi jual-beli energi. Misalnya, ada tetangga yang energinya berlebih hasil tangkapan panel surya, maka energi tersebut bisa diperjualbelikan ke tetangga lainnya. “Tidak perlu lagi lewat PLN (Perusahaan Listrik Negara, red),” ujarnya.
Sehingga, menurut Adi, masyarakat tidak lagi hanya sebagai konsumen, tapi juga sebagai produsen. Kendati demikian, sambung Adi, ada berbagai tantangan yang mungkin ditemui. “Misalnya untuk menyiapkan sistemnya itu tidak mudah dan merepotkan. Nah, ini adalah tugas utama dalam penelitian kita,” paparnya.
Tantangan lainnya dalam penggunaan energi surya ini adalah energi terbarukan tersebut munculnya tidak konstan. Jadi, ada kalanya hari itu mendung dan ada kalanya panas terik. Saat-saat seperti inilah, ujar Adi, diperlukan generator konvensional. “Tak kalah penting adalah komitmen antara penjual dan pembeli. Sehingga harus ada kontrak yang tidak bisa diubah oleh individu,” tegasnya. (owi)
Kampus ITS, ITS News – Pesatnya perkembangan ekonomi dan industri di Indonesia menunjukkan bahwa dibutuhkan pendekatan untuk mendorong pertumbuhan
Kampus ITS, ITS News – Sebagai salah satu kampus teknologi terbaik di Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) selalu
Kampus ITS, ITS News – Lubuk akal tepian ilmu, sebuah peribahasa yang menggambarkan Prof Dr Benny Tjahjono, diaspora asal
Kampus ITS, ITS News – Tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang