ITS News

Rabu, 24 April 2024
15 November 2018, 17:11

Usung Strategi Beragam, Lima Pendaftar Bacarek Ini Siap Pimpin ITS

Oleh : itsmis | | Source : -

(dari kiri) Suntoyo, Badrus Zaman, Adi Soeprijanto, Basuki Widodo, Nur Iriawan dan Moderator Priyo Suprobo pada acara pemaparan pendaftar bacarek ITS periode 2019-2024

Kampus ITS, ITS News – Transparansi dan objektivitas dianggap penting dalam dunia demokrasi. Dalam menyongsong pemilihan calon rektor ITS 2019-2024, panitia pemilihan rektor 2018 menggelar acara pemaparan strategi dan program-program unggulan oleh bakal calon rektor (bacarek) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Selama tiga hari sejak Selasa (13/11), akan ada lima pendaftar bacarek ITS yang akan memaparkan strateginya memimpin ITS.

Membuka acara, Prof Dr Darminto, ketua pelaksana sub acara dalam rangkaian kegiatan pemilihan rektor ITS 2019-2024 mengapresiasi ke-15 pendaftar bacarek ITS yang telah menjalani serangkaian proses. Sebelumnya, kata Darminto, para pendaftar bacarek ini telah menjalani tahap sosialisasi selama dua minggu. “Semuanya telah menjalani dengan sangat baik, sesuai dengan peraturan integritas yang telah bersama,” jelas dosen Departemen Fisika itu.

Di hari pertama, terdapat lima nama pendaftar bacarek yang mendapat giliran memaparkan materinya. Nama-nama tersebut antara lain Suntoyo ST MEng PhD, Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT, Prof Drs Nur Iriawan MIKomp PhD, Prof Dr Basuki Widodo MSc, dan Dr Eng Muhammad Badrus Zaman ST MT. Kelima pendaftar bacarek ini memiliki strategi untuk menuju visi ITS jangka panjang sesuai yang dirumuskan oleh Majelis Wali Amanat (MWA).

Nur Iriawan sebagai pembicara pembuka menjelaskan makna dari Jargonnya, yakni Siber Exits yang bermakna sinergi bersama untuk exelensi ITS tapi didasari peradaban data. Ia mengatakan, dunia sekarang adalah dunia big data, maka manajemen ITS harus berdasar pada big data. “Inner Beauty dan outer beauty ITS harus disatukan menjadi satu nuansa pengambilan keputusan secara big data dengan bisnis data analitik,” papar pria kelahiran Blitar itu.

Sementara menurut Adi Soeprijanto, masalah paling krusial di ITS yang ia soroti adalah masalah keuangan dan regulasi keuangan semenjak PTN-BH harus menggunakan sistem satu akun keuangan. Padahal, menurutnya, sumber pemasukan ITS berasal dari dua sumber, yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Non Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB). Ia menilai, sistem tersebut kurang tepat diterapkan. “Seharusnya, dibuat aturan keuangan yang lebih sederhana lagi, mengingat dana Non PNPB adalah uang milik sendiri,” jelasnya.

Lanjutnya, apabila hal ini terwujud, ITS sebagai PTNBH yang memiliki hak otonomi dapat memberikan hak otonomi PTN-BH kecil kepada tiap departemen. PTN-BH kecil inilah yang nantinya akan menciptakan pasar penjual produk (revenue generator) mandiri. Dengan ini, setiap departemen akan menjadi pemilik sahamnya sekaligus. “Kemudian Revenue Generator tersebut dibuatkan surat pertanggungjawaban (SPJ) yang semi gelondongan maka masalah akan selesai,” imbuh dosen Departemen Elektro itu.

Melanjutkan dari pembicara kedua, Suntoyo mengambil sebuah masalah yang perlu dievaluasi terkait langkah ITS menuju visi jangka panjang ITS. Menurutnya, kompetisi dan akselerasi dalam pencapaian perguruan tinggi sangat ketat, sehingga perlu ada usaha lebih untuk meningkatkannya.

Lebih jauh lagi, yang menjadi masalah di ITS terkait hal ini adalah Sumber Daya Manusia (SDM) ITS yang mengalami berbagai masalah. Misalnya seperti tekanan dan usaha yang tinggi namun tidak dibarengi dengan keadilan berupa adanya pemberian penghargaan yang sesuai. “Sehingga diperlukan perbaikan system terkait hal ini,” aku Suntoyo.

Sedangkan untuk strategi pencapaian rencana pengembangan ITS, ia memulai dari sinergi ITS dengan perguruan tinggi lain dan industri baik di dalam atau luar negeri ditingkatkan agar dapat mencapai keunggulan yang dapat ditampilkan dari ITS. “Kemandirian keuangan juga diperlukan melalui pem=ngebangan revenue generator yang banyak untuk membantu meningkatkan prestasi dan kesejahteraan yang bermanfaat bagi semua orang,” tambah dosen Departemen Teknik Kelautan itu.

Membahas masalah industri, menurut Basuki Widodo, pembicara keempat, ITS memiliki potensi yang sangat besar bagi kemajuan Indonesia melalui inovasi-inovasi berbasis riset. Namun, potensi ini menjadi lemah karena kesenjangan komunikasi antara ITS sebagai perguruan tinggi dengan industri. Menanggapi hal ini, ia memiliki strategi percepatan khusus untuk dapat dijadikan tuntunan.

Strategi itu antara lain adalah budaya kreatif yang dituangkan dalam peningkatan budaya inovasi berbasis riset dan layanan masyarakat. Agar ITS juga menghasilkan lulusan yang lebih siap beradaptasi dengan lingkungan profesional. Selain itu, menurutnya, juga dibutuhkan sinergi yang terstruktur melalui penguatan hubungan antara ITS dengan dunia industri dan pemerintah untuk peningkatan pendapatan serta pengembangan jejaring dan kerjasama tingkat nasional maupun internasional melalui media Teknologi Informasi dengan alumni.

Sebagai pembicara penutup, Badrus Zaman menerangkan tentang perbedaan antara masa lalu, sekarang dan mendatang. Menurutnya, orientasi ini yang harus disesuaikan oleh setiap lembaga perguruan tinggi. ITS harus mengikuti kultur digital dengan penataan sistem dalam basis platform. “Dengan memanfaatkan teknologi digital ini, institusi sebesar ITS dapat berkembang lebih cepat dan efisien. Selain itu, sistem terbuka juga diperlukan seperti open network, open source dan kolaborasi,” ujarnya.

Kemudian, untuk mewujudkan visi ITS, perlu pacuan khusus agar dapat bekembang lebih cepat. Salah satunya yaitu kolaborasi ITS dengan berbagai pihak, terutama dengan pemerintah daerah. Menurutnya, kehadiran pemerintah daerah ini perlu diperkuat sebab berpotensi mengkolaborasikan riset dan mahasiswa dan menjadi peluang untuk menjual riset dan inovasi ITS. “Selain itu, kehadiran pemerintah daerah juga berpotensi untuk ekspansi ITS ke depan,” tutur kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan itu. (mad/owi)

Berita Terkait