ITS News

Jumat, 19 April 2024
17 April 2018, 06:04

Rekam Jejak Arsitektur di Kampung Kemasan

Oleh : itsmis | | Source : its.ac.id

Umar Zainudin memberikan penjelasan terhadap mahasiswa mengenai perjalana Kampung Kemasan dari masa ke masa.

Gresik, ITS News – Arsitektur bukan hanya ilmu yang memberikan cerita unik dari sebuah bangunan, namun juga bisa menjadi penghubung antara dua subjek. Layaknya Kampung Kemasan di Kabupaten Gresik dengan Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang bersama-sama mencatat setiap jejak waktu perkembangan arsitektur di kawasan tersebut.

Memijakan kaki di kampung Kemasan, mampu mengantarkan kita kembali ke suasana kolonial di masa lampau. Masih terjaganya bangunan dengan gaya Eropa di sana menjadi kekuatan atau daya tarik tersendiri. Kelestarian bangunan tersebut salah satu faktornya. Kampung tersebut masih dijadikan sebagai tempat tinggal oleh masyarakat dan dijadikan warisan turun temurun. Salah satu pemilik rumah di kawasan tersebut adalah Umar Zainudin.

Cerita Umar, bentuk rumah yang ada di Kampung Kemasan ini kebanyakan adalah rumah pagupon. Hal tersebut terkait usaha masyarakat pribumi pada umumnya di kawasan tersebut. Banyak dari mereka yang beternak burung walet, untuk diambil sarangnya. Akibatnya banyak peternak burung walet yang menjadikan lantai dua rumahnya sebagai tempat beternak. “Hal tersebutlah yang membedakan rumah pribumi dengan bangsawan Belanda,” ujar Umar.

Salah satu rupa rumah lawas di kampung Kemasan, Gresik.

Selain usaha sarang walet, keluarga Umar yang menjadi pemilik sederet rumah di Kampung Kemasan, juga memilki usaha kerajinan kulit yang terkenal. Sejak kerajinan kulit itu dirintis, usaha tersebut sudah berhubungan dengan 22 Kabupaten di Pulau Jawa. Di antaranya Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan, Batavia, Semarang, Solo, Panarukan dan masih banyak lagi. “Dikenalnya usaha keluarga kami saat itu juga dikarenakan bentuk arsitektur rumah kami yang menarik perhatian Raja Keraton Kasunanan Surakarta,” ungkap keturunan H Oemar bin Ahmad, pendiri pertama usaha tersebut.

Hal menarik inilah yang dikenalkan dan diabadikan oleh mahasiswa Arsitektur ITS, saat menyambangi Kampung Kemasan pada Maret lalu. Dosen Arsitektur ITS, Ir Andy Mapajaya MT, telah banyak melakukan pendekatan dengan masyarakat dan juga bangunan di Kampung Kemasan. Observasi itu dilakukan demi mendapat penemuan baru terkait perkembangan arsitektur kampung tersebut. “Menunjukan kepada mahasiswa bahwa bukan hanya bangunan, tetapi juga living heritage-nya yang perlu dilestarikan adalah hal yang penting dalam dunia arsitektur,” ujar Andy.

Di Kampung Kemasan tersebut masih berdiri rumah yang telah ada sejak 1881, yang dikenal denga Rumah Gajah Mungkur. Dan kini rumah tersebut masih ditinggali, dirawat dan secara tidak sengaja juga dijadikan jujugan wisata. “Perawatan yang dilakukan pemilik rumah ini mandiri atas dasar kesadaraan, bahwa bangunan itu membawa memori dan jika tanpa memori seseorang bisa gila,” ujar dosen Perkembangan dan Teori Perancangan Arsitektur ITS itu. (yok/jel)

Penampakan Rumah Gajah Mungkur yang telah berdiri sejak 1881.

Berita Terkait