ITS News

Jumat, 19 April 2024
30 Januari 2018, 08:01

Staf Ahli Korea Belajar di UPT Bahasa dan Budaya ITS

Oleh : choirul | | Source : -

Perkembangan UPT Bahasa dan Budaya ITS dari masa ke masa semakin memperlihatkan hasil positifnya. Hal ini dibuktikan dengan makin banyaknya mahasiswa asing yang mempelajari bahasa Indonesia di UPT tersebut. Bahkan, UPT Bahasa dan Budaya ini dipercaya untuk memberikan service kepada Konsulat Taiwan di Surabaya. Tidak mengherankan jika UPT Bahasa dan Budaya ITS makin diminati sebagai pusat belajar bahasa asing.

Baru-baru ini, UPT Bahasa dan Budaya ITS kembali dipercaya untuk memberikan pelatihan spesial kepada seorang staf ahli dari Korea yang juga menjadi salah satu staf ahli di Teknik Perkapalan ITS.

Menurut Ratna Rintaningrum PhD, selaku Ka UPT Bahasa dan Budaya ITS mengatakan bahwa kepercayaan ini merupakan sesuatu yang spesial bagi ITS, khususnya UPT Bahasa dan Budaya. “Ia memilih belajar bahasa Indonesia di unit ini. Namanya, Hong Sung Chul, seorang Expert Engineer dari Korea Selatan mempelajari bahasa Indonesia dan harus hadir 2 kali seminggu di UPT Bahasa dan Budaya”, ungkap Ratna.

Ratna ketika dikonfirmasi membenarkan berita menarik tersebut. Bahkan, Ratna juga ikut mengajar dan membimbing Hong dalam belajar Bahasa Indonesia. “Karena yang belajar seorang staf ahli dari luar negeri, maka sebagai Ka UPT Bahasa dan Budaya ikut merasa wajib memberikan layanan dan performance yang terbaik bagi customer-nya”, jelasnya.

Bagi bangsa Indonesia, status bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional, dan bahasa resmi kenegaraan. “Bagi orang asing, status Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa asing (foreign language) yang penting dipelajari untuk kegiatan bisnis dan lainnya”, imbuhnya.

Menurut Ratna, proses belajar Bahasa dan Budaya Indonesia mengombinasikan beberapa strategi mengajar, indoor learning dan outdoor learning. Dalam pembelajaran indoor learning, belajar dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan multi media pembelajaran, misalnya screen,komputer dilengkapi dengan internet, LCD, speaker lokal, dan amplifier lokal.

“Media pembelajaran yang disebut terakhir merupakan media terbaru, karena selama ini menggunakan central control. Sekarang sudah dikembangkan ke arah lokal kelas, sehingga setiap kelas di UPT Bahasa dan Budaya sudah memiliki independensi untuk setting up local sound, yang tidak tergantung pada sound central”, ungkapnya.

“Dengan menggunakan LCD, berdasarkan pengalaman mengajar mahasiswa asing dan lainnya, cukup mempermudah mereka untuk menulis ulang materi yang diajarkan dan memahaminya”, jelasnya.

“Selain itu juga berfungsi untuk memberi peluang pada mereka untuk bertanya tentang materi yang diajarkan. Manfaat yang lain adalah pembelajaran berlangsung efektif dan efisien, alurnya juga runtut, dan terkesan modern”, imbuhnya.

“Pada outdoor learning, mahasiswa asing diarahkan langsung pada natural setting. Mahasiswa diajak keluar kelas, langsung melihat authentic material, dikenalkan dengan benda-benda yang ada di dekatnya dalam bahasa Indonesia”, jelasnya.

Selain itu, juga memberi kesempatan mahasiswa untuk bercakap-cakap dengan orang Indonesia yang ada di dekatnya. Sedangkan instruktur bertugas sebagai fasilitator dan tetap memberi pengarahan dan mendampingi. “Karena belajar bahasa tidak bisa dilepaskan dengan pembelajaran budaya. Outdoor learning ini cara yang paling ampuh untuk mempelajari budaya material, misalnya kuliner. Bahkan bisa terjadi food exchange, yaitu saling memperkenalkan kuliner negara masing-masing”, imbuhnya. (Humas/ RR).

Berita Terkait