ITS News

Jumat, 19 April 2024
20 Januari 2018, 02:01

Tingkatkan Pengawasan Obat dan Makanan, BPOM Gandeng ITS

Oleh : gol | | Source : -

Kepala BPOM Dr Ir Penny Kusumastuti Lukito MCP (kiri) dan Rektor ITS Prof Joni Hermana

Kampus ITS Surabaya, ITS News – Demi meningkatkan pengawasan terhadap peredaran obat dan makanan di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjalin kerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kerjasama ini diresmikan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD dengan Kepala BPOM RI, Ir Penny Kusumastuti Lukito MCP di Rektorat ITS, Jumat (19/1).

Menurut Penny, kerjasama ini dilakukan untuk memperkuat penanganan permasalahan dan tantangan yang dihadapi BPOM dalam pengawasan mutu obat dan pangan masyarakat Indonesia. “BPOM terus menjalin kemitraan dengan berbagai instansi masyarakat, salah satunya adalah perguruan tinggi yang menjadi pusat pengetahuan dan pengembangan teknologi,” tutur Penny dalam sambutan sebelum penandatanganan.

Dalam kerja sama yang dilakukan dengan ITS ini, nantinya riset-riset yang dikembangkan oleh ITS digunakan untuk membantu BPOM dalam melaksanakan kinerjanya. Salah satunya di ITS terdapat Pusat Kajian Halal yang menjadi daya tarik BPOM. Saat ini ITS juga sedang mengembangkan kapal yang siap membantu BPOM dalam menjalankan tugasnya di seluruh wilayah Indonesia.

“Kapal yang dikembangkan oleh ITS ini nantinya digunakan membantu dalam mengawasi pengiriman obat dan makanan di daerah perbatasan BPOM, untuk mengantisipasi adanya barang yang illegal atau tidak ada jaminan keamanannya bagi masyarakat,” jelas Penny saat ditemui usai penandatanganan.

Menanggapi hal tersebut, Prof Joni menyambut baik ajakan kerjasama ini. Apalagi hal ini juga sangat erat kaitannya dengan adanya Pusat Kajian Halal di ITS. Ia juga sempat memaparkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang sebagian besar beragama Islam, status kehalalan makanan masih belum jelas. Hal ini berbeda jauh jika dibandingkan dengan negara yang justru mayoritas penduduknya nonmuslim seperti Australia dan Singapura.

“Selain itu, jika dibandingkan dengan Turki, harga obat di Indonesia ini bisa tiga kali lipat lebih mahal dikarenakan terlalu banyak agen yang dilewati sebelum jatuh ke tangan konsumen terakhir,” tambah Guru Besar Teknik Lingkungan ITS ini.

Selain dengan ITS, pada kesempatan tersebut, juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara BPOM dengan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya oleh Drs Kuncoro Foe G Dip Sc PhD selaku rektor.

Nota kesepahaman dengan kedua institusi pendidikan tersebut diharapkan juga menjadi langkah konkret yang baik untuk BPOM pusat maupun daerah Surabaya ke depannya. (HUMAS ITS)

Berita Terkait