ITS News

Kamis, 25 April 2024
08 Desember 2017, 14:12

Strategi Menulis Opini Ala Redaktur Kompas

Oleh : gol | | Source : -

Pembicara memaparkan tips agar opini diterima di Kompas.

Rektorat ITS, ITS News – Terbiasa menulis jurnal ilmiah bukan berarti tidak bisa menulis opini di media massa. Kuncinya ada pada strategi. Itu lah yang dibahas dalam workshop bertajuk Kiat Menulis Opini di Media Massa Bagi Dosen dan Peneliti ITS yang dihelat Selasa (5/12) di Gedung Rektorat ITS. Dalam kegiatan yang bekerja sama dengan Kompas ini, peserta diajak menelisik lebih dalam mengenai skill menulis opini di media massa.

Mengawali workshop, Sri Hartati Samhadi, Redaktur Senior Opini Kompas menjelaskan bahwa opini merupakan rubrik  yang paling banyak diminati pembaca berdasarkan survei Pusat Penelitian Bisnis (Puslitbis) Kompas. Opini, kata Sri, diartikan sebagai wadah intellectual exercise yakni tempat aktualisasi diri, sharing, serta tempat menyumbangkan saran, pemikiran dan pengalaman. Selain itu, opini juga menjadi wadah menyampaikan kritik yang membangun terhadap pengambilan kebijakan, menempa diri sebagai pakar pada suatu bidang tertentu, dan mendapatkan pengakuan di kalangan profesi.

Ketika membahas mengenai tips dalam menulis opini, Sri mengungkapkan perlu ada pemahaman mengenai media massa itu sendiri, yakni Kompas dan opininya. “Artikel Opini Kompas adalah opini yang sifatnya subyektif, namun bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan terikat rambu-rambu seperti tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasar, filosofi, dan visi-misi Kompas,”  jelasnya.

Mengenai topik yang diangkat, penulis opini harus memilih topik sesuai dengan kompetensinya, datang dengan ide baru, segar dan orisinil. Selain pemahaman kuat terhadap topik persoalan yang ditulis, pada eksekusinya artikel  membutuhkan skill penulisan yang baik untuk bisa meyakinkan tim editor agar pesannya tersampaikan.

“Suatu artikel yang baik juga harus bersifat provokatif yakni bisa memberi efek kuat pada target pembaca yang disasar, memberi pencerahan, bahkan kalau bisa memancing diskusi dan debat publik setelah membacanya,” terang Sri. Agar provokatif, penulis perlu memperhatikan judul. Judul harus tajam, mampu berbicara, dan menarik. Lead yang disampaikan juga harus tajam dan memuat pokok-pokok gagasan secara singkat.

Terhadap persoalan yang dibahas, Sri juga menyampaikan penulis harus mampu menawarkan solusi atau perspektif baru yang lebih baik, sehingga tak semata hanya mengkritik dan menghujat. “Opini yang baik bukan hanya melulu opini, tetapi didukung  fakta dan memiliki konteks yang jelas,” tegas Sri. Namun, Sri juga menambahkan perlunya menghindari referensi berlebihan yang justru menenggelamkan gagasan orisinal penulis .

Meski banyak topik opini yang bersifat formal, menurut Sri, menulis opini ternyata tidak harus selalu serius. “Opini tidak harus selalu identik dengan bahasa yang kaku. Bahasa yang populer, lincah dan menghibur dengan anekdot yang pas tanpa harus bergenit-genit, kadang membuat tulisan tidak membosankan. Namun untuk isu serius, lebih baik straight forward dengan pola yang terjaga,” ungkap Sri. (AP10/mis)

Berita Terkait