ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
08 September 2017, 01:09

Mahasiswa, Pentingkah Kerja Paruh Waktu? (2)

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Jauh di negeri seberang, ada banyak mahasiswa yang bekerja paruh waktu sebagai tukang cuci piring, tukang sapu, hingga kasir toko. Mereka tidak minder, dan tidak pula menganggapnya sebagai sesuatu yang tabu. Namun kondisi tersebut tentunya tidak dapat disama ratakan dengan iklim di Indonesia. Diperlukan sedikit polesan untuk membuatnya terlihat lebih elegan.

Salah satu pekerjaan paruh waktu yang dapat dijalani oleh mahasiswa di Indonesia adalah penulis lepas. Kerjanya bebas, tidak terikat ruang dan waktu. Hal ini meliputi menulis blog, novel, buku, karya tulis dan sebagainya. Hal yang perlu diperhatikan ketika menjadi penulis adalah konsistensi. Kata yang terdengar sederhana ini nyatanya sangat sulit untuk dijaga.
Berkata tentang menulis, kalian juga bisa mendaftarkan diri sebagai jurnalis kampus. Jika di ITS, organisasinya bernama ITS Online. Jurnalis kampus adalah orang yang bertanggung jawab untuk menghiasi website resmi universitas, misalnya its.ac.id dengan berbagai berita menarik. Tentunya, akan ada sejumlah imbalan yang diberikan institusi untuk setiap berita yang kalian tulis.
Selanjutnya untuk mahasiswa yang memiliki kreativitas lebih dalam bidang seni, kalian dapat mengembangkan bakat kalian supaya memiliki nilai jual. Banyak diantara teman-teman saya yang menawarkan jasa mereka untuk membuatkan pernak pernik wisuda, seperti sketsa wajah, lukisan dengan cat air, buket bunga, ukiran kayu, dan sebagainya. Siapa sangka karya tangan mereka mampu memberikan imbalan yang menggiurkan.

Selain dua hal yang saya contohkan, ada banyak sekali pekerjaan yang dapat dilakukan sembari kuliah. Sebut saja Fotografi, Desain, Proyek Dosen, dan lebih banyak lagi. Tergantung kalian mau mencari tahu atau tidak.

Kemudian, menilik kembali topik awal tulisan ini. Mengapa sih mahasiswa memilih untuk bekerja paruh waktu.

Kadang, ada segelintir mahasiswa yang terkendala masalah finansial. Misalnya, golongan yang tidak dapat mengajukan beasiswa karena dianggap kurang miskin oleh pemerintah, padahal mereka juga tidak kaya raya. Ada pula golongan yang sudah mendapat jatah beasiswa, namun tetap tersendat karena penghasilan orang tuanya tidak cukup untuk memberikan dana tambahan.
Beberapa diantara segelintir mahasiswa tersebut akhirnya memilih untuk bekerja paruh waktu. Dalam hal ini, sekali lagi perlu saya sampaikan bahwa ada lebih dari uang saku tambahan dibalik pekerjaan paruh waktu. Pelajaran hidup yang memaksa untuk berlaku efisien dalam segala aspek, adalah imbalan yang jauh lebih bernilai.
Lagi pula, dibandingkan uang beasiswa, uang dari hasil kerja paruh waktu itu rasanya jauh lebih manis. Tapi, jangan lupa bahwa kuliah itu tetap yang utama. Karena kerjamu hanya paruh waktu sedangkan kuliahmu fulltime. Selesai.
Rifqi Nur Mukhammad
Mahasiswa Tetap Departemen Teknik Industri ITS
Angkatan 2015

Berita Terkait