Erwin Widianto, Ketua tim PKM yang berjudul Surabaya Farm and Energy Hive menuturkan konsep yang mereka tawarkan dalam PKM GT ialah konsep membuat bangunan apung diatas air dengan energi terbarukan  untuk pertanian masa depan. Ide pembuatan konsep ini muncul ketika ia dan tim berkeinginan memanfaatkan perairan Kenjeran yang tidak dimanfaatkan lagi.

"Ketika kami kebetulan ke Kenjeran, kami mendapat ide untuk memberi manfaat bagi masyarakat lewat disiplin ilmu yang kami tekuni yaitu membuat bangunan apung yang kemudian kami ikutkan ke PKM,"jawab mahasiswa angkatan 2015 tersebut.

Kepada ITS Online, Erwin bercerita bahwa sejak diumumkannya ia dan tim lolos menuju pimnas, mereka sudah  bertekad untuk mengerjakan PKM dengan sungguh-sungguh. "Ketika diumumkan lolos Pimnas pada malam hari, saya dan teman tim lainnya langsung kumpul di Surabaya sementara waktu itu masih liburan. Bahkan teman yang berasal dari Mojokerto, Solo dan Sragen juga langsung kembali ke Surabaya," terangnya.

Selain itu waktu bersama keluarga dan waktu untuk tidur juga berkurang. Dalam kurun waktu tiga minggu terakhir hingga presentasi pimnas berlangsung, Erwin dan timnya  selalu lembur. Bahkan, untuk beberapa hari mereka harus terpaksa menginap di ruang Direktorat Mahasiswa ITS untuk belajar presentasi pendalaman materi. Erwin yang merupakan mahasiswa asal Surabaya bercerita sangat jarang pulang ke rumah.

Tiga minggu terakhir dimanfaatkan oleh Erwin dan tim untuk asistensi kepada dosen pembimbing dan dosen pendamping, Dyah Sawitri ST MT serta Tim Tujuh. Erwin dan rekannya juga mengorbankan waktu berlibur bahkan terkadang mengabaikan makan demi mengejar target.

Namun hal tersebut tak sia-sia. Konsep yang sudah sangat matang tersebut berhasil menyisihkan  semua PKM lainnya dan menuai pujian dari juri dikarenakan menawarkan waktu tahan hingga seratus tahun ke depan. Alhasil karya tersebut berhasil mendapat sebuah medali emas. (jel/ven)