ITS News

Jumat, 13 Juni 2025
20 Juni 2017, 06:06

Jadi Volunteer Tingkat Asia, Ini Pengalaman Wahyu

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Diyan Wahyu Pradana, menjadi salah satu volunteer tersebut. Mahasiswa Departemen Sistem Informasi (SI) 2013 ini kemudian tak segan berbagi pengalaman kepada ITS Online. 

Tech in Asia dahulu adalah perusahan start up yang kini menjadi semi corporation. Perusahaan ini bergerak di bidang media seperti pemberitaan teknologi dan start up terbaru, para pencari kerja khusus bidang Infomasi dan Teknologi (IT), serta konferensi. "Saya mendaftar di bagian konferensi. Acaranya tanggal 17 dan 18 Mei lalu," jelas pria asal Blora, Jawa Tengah tersebut.
Pemuda yang akrab disapa Wahyu ini menjadi salah satu dari 12 volunteer Indonesia. Tak hanya mahasiswa, pria berusia sekitar 45 tahun pun turut berebut menjadi volunteer dalam konferensi ini. Terdapat 45 volunteer, dengan 12 orang dari Indonesia dalam konferensi tersebut. "Kalau ditambah dua mahasiswa Indonesia yang kuliah di sana, jadi ada 14 orang," tutur Wahyu.
Menjadi volunteer dalam Tech in Asia merupakan impian Wahyu sejak tahun 2015. Namun ia belum beruntung saat pertama kali mencoba. Ia tak lantas putus asa, Wahyu kemudian mulai mengevaluasi kegagalannya saat itu. "Saya lolos esai tapi tidak lolos wawancara," sesalnya.
Pada 2015, ia diwawancarai langsung oleh co-founder Tech in Asia via skype. Menurut Wahyu, wawancara secara profesional menekankan cara mempekenalkan diri dan pengalaman. "Intinya, saat wawancara, saya kurang komprehensif dalam mendreskripsikan diri sendiri," akunya mengevaluasi. 
Untuk memasuki konferensi ini, baik mahasiswa, investor, maupun umum, harus merogoh kocek sebesar SGD 200-600. Dalam rupiah, nilai ini setara dua hingga lima juta rupiah. Sementara untuk volunteer diberikan free access. Inilah yang membuat Wahyu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menjalin relasi dengan para investor dunia. 
"Saya manfaatkan untuk networking di sana," ujar mantan Chief Operating Officer (COO) jahitin.com tersebut. Ia pun mengaku telah mengantongi beberapa kartu nama investor, akademisi, hingga kalangan profesional. 
Penggagas gerakan Pundi Amal Pemuda Indonesia (PAPI) tersebut mengatakan, kesempatan itu menjadikannnya berkembang dalam memahami ekosistem start up di Asia. Acara ini bagi Wahyu juga membuka kesempatan untuk semua start up dan orang-orang yang bergerak di bidang IT. 
Wahyu berharap, teman-teman di ITS lebih open-minded terhadap acara-acara internasional. Ia menjelaskan pengalaman demikian dapat menunjang saat melamar pekerjaan ataupun mendaftar beasiswa S2. "Indeks Prestasi (IP) hanya mengantarkan kita ke tahap wawancara. Selebihnya ditentukan berdasarkan pengalaman kita," pungkas penerima Beasiswa Rumah Kepemimpinan tersebut. (mbi/dza)

Berita Terkait