Uniknya, beber Kahar, ada fenomena di mana masyarakat korban gempa beranjak dari rekonstruksi bantuan baik dari pemerintah maupun swasta menjadi rekonstruksi mandiri. "Bisa dibilang sebelum bantuan datang, mereka sudah bisa membangun rumahnya kembali dengan menggunakan bahan bekas reruntuhan," jelas pria kelahiran Tuban ini.
Menurut Kahar, kegiatan rekonstruksi mandiri tersebut sangatlah luar biasa. Masyarakat bisa membangun kembli bekas eruntuhan tanpa bantuan arsitek profesional. Hanya bermodalkan kearifan lokal dan ilmu bangunan yang diwariskan turun temurun, lanjut Kahar, masyarakat bisa memberikan kontribusi ilmu yang luar biasa untuk hajat hidup mereka sendiri.
Selama penelitiannya, Kahar menemukan bahwa masyarakat secara spontan mampu membangun kembali rumahnya secara fisik maupun secara non-fisik. Dalam kasus ini, non-fisik adalah tentang bagaimana kehangatan keluarga dan faktor sejarah yang ada di dalamnya. "Jadi bahan bangunan itu bukan semata benda mati, tapi ia punya filosofi dan nilai sejarah tinggi," tegas Kahar yang menamatkan jenjang sarjananya di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini.
Berbicara mengenai kualitas, lanjutnya, secara perspektif kebanyakan orang mungkin akan terlihat rentan. Namun terbukti dari beberapa gempa terakhir di titik yang sama tidak ada kerusakan. "Karena masyarakat juga sadar akan sifat material dari retuntuhan, sehingga tidak ada yang namanya kawin paksa (perbedaan material, red) lagi," ujar Kahar kepada ITS Online.
Dari disertasinya ini, Kahar merasa tersadarkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kecerdasan dan kesadaran yang luar biasa yang mungkin para peneliti tidak perhatikan. Hubungan antara masyarakat dan peneliti pun, tambahnya, seperti ada jarak. "Peneliti atau arsitek sebagai perancang dan masyarakat sebagai konsumennya, harusnya bubungannya bisa lebih dari itu," harapnya.
Temuan aristektur tanpa arsitek ini kemudian melahirkan metode 4M (Memperhatikan, Menirukan, Meningkatkan, dan Menemukan) serta nilai-nilai filosofis 3S (Seadanya, Sebisanya dan Sejadinya) yang menyertai masyarakat. "Baik pada pengelolaan konstruksi manual maupun saat kegiatan berhuni, masyarakat korban gempa selalu berpatokan pada prinsip tadi," pungkas Kahar yang berhasil meraih predikat sangat memuaskan berkat disertasinya ini. (owi/hil)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung