ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
01 Mei 2017, 23:05

Pakar ITS Ajukan Solusi Atasi Perubahan Iklim

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Setiap tahunnya konsentrasi karbondioksida di udara yang berdampak langsung pada perubahan iklim selalu meningkat. Hal ini disampaikan langsung oleh Prof Ir Joni Hermana MScES PhD, Rektor ITS dalam Surabaya Environmental Talkshow (SET) pada Sabtu (29/4).

Menurut Joni, dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim begitu besar sehingga berimbas pada kerugian ekonomi masyarakat yang ditaksir cukup besar. "Dan salah satu penyebab utamanya adalah rendahnya pendidikan masyarakat Indonesia mengenai perubahan iklim itu sendiri," ujar joni kepada seluruh peserta pada acara yang dihelat oleh Departemen Teknik Lingkungan ITS itu.

Guru Besar di Departemen Teknik Lingkungan ITS ini mengungkapkan, besarnya ketidaktahuan masyarakat Indonesia akan fenomena alam ini membuat partisipasi masyarakat dalam menanggulangi dampak perubahan iklim sangat rendah.

Hal ini juga dibuktikan dengan ketidaksadaran masyarakat terhadap berbagai pertanda. Seperti meningkatnya suhu bumi, periode musim yang sudah tidak sesuai, dan berbagai keanehan alam lainnya yang berhubungan langsung dengan meteorologi.

"Contoh nyata lain adalah masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa hidup dengan prinsip pembangunan berkelanjutan bukanlah hal penting," imbuhnya.

Dalam rangka penanggulangan dampak perubahan iklim, pria yang memperoleh gelar doktoral di University of Newcastle Inggris ini menyampaikan dua upaya utama yang dapat dilakukan. Adalah upaya mitigasi dan upaya adaptasi yang diajukan sebagai solusi pendidikan iklim bagi masyarakat Indonesia.

Upaya mitigasi adalah langkah penyadaran bagi masyarkat akan dampak yang dapat ditimbulkan akibat perubahan iklim. Dalam langkah ini dapat dilakukan pula pencerdasan mengenai teknis penanggulangannya, seperti cara mengurangi emisi karbondioksida dan polutan udara lain, serta cara mengolah limbah untuk skala rumah tangga.

"Sehingga secara tidak langsung masyarakat nantinya akan terbiasa dengan kehidupan dengan prinsip berkelanjutan," lanjut Joni.

Upaya kedua adalah adaptasi sebagai bentuk sikap saat bencana alam tersebut terjadi. Hal ini menjadi penting karena Indonesia seringkali dinobatkan menjadi delegasi terbaik dalam konferensi perubahan iklim di kancah internasional, namun kontras dengan aksi nyata di negaranya sendiri.

Salah satu faktornya adalah ketidakmampuan Indonesia memperoleh insentif tambahan dari upaya pengurangan emisi yang sudah berhasil dilakukan oleh sejumlah negara Asia lainnya.

"Oleh karenanya setiap tahun ITS selalu mengusahakan berbagai riset dan sosialisasi kepada masyarakat sehingga problematika pemerataan pendidikan iklim di Indonesia dapat teratasi," tutup Joni. (arn/mis)

Berita Terkait