ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
01 Mei 2017, 19:05

Generasi Muda Kunci Atasi Perubahan Iklim

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LKHK) telah menyepakati komitmen untuk mengurangi dampak perubahan iklim bersama ratusan negara di seluruh penjuru dunia melalui Paris Climate Agreement 2016 silam. Berangkat dari komitmen itu, KLHK menghimpun partisipasi masyarakat lintas sektor untuk bekerjasama memenuhi komitmen tersebut.

Hal ini disampaikan langsung oleh Dr Ir Nur Masripatin, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK dalam Surabaya Environmental Talkshow (SET) pada Sabtu (29/4). Acara besutan Departemen Teknik Lingkungan ITS itu digelar di Grand City, Surabaya.

Wanita yang akrab disapa Nur itu mengatakan, partisipasi seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengatasi perubahan iklim. "Dana untuk pengendalian iklim hanya 52 triliun, sangat kecil dibandingkan dengan APBN yang ada. Sehingga dibutuhkan kesadaran setiap lapisan masyarakat untuk mengatasinya bersama-sama," ujarnya.

Menurut Nur, salah satu faktor penggerak yang paling efektif dalam mengatasi dampak perubahan iklim adalah generasi muda. Pasalnya dampak tersebut akan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, bahkan mencapai 15 tahun, masa ketika bumi tengah dipegang oleh kaum-kaum muda tersebut.

"Saya optimistis karena saat ini banyak anak muda melakukan riset mengenai energi alternatif, bagian dari mitigasi terhadap perubahan iklim," lanjut Koordinator ASEAN Regional Knowledge Network on Forests and Climate Change (ARKN-FCC).

Hal yang sama juga disampaikan oleh Prof Rachmat Witoelar dalam puncak acara Environation 2017 ini. Utusan Khusus Presiden RI untuk Perubahan Iklim ini menyampaikan bahwa nasib bumi ada di tangan setiap generasi muda Indonesia. Pilihan kaum muda untuk terus menjalani gaya hidup yang ada atau berubah menuju gaya hidup berkelanjutan akan sangat berpengaruh bagi kondisi bumi saat ini.

"Ini adalah tantangan, bukan hanya Indonesia tapi juga global. Dan sudah menjadi pekerjaan generasi muda untuk menjawab tantangan tersebut," ungkap Rachmat.

Sebarkan Semangat
Rachmat mengaku, sebagian besar kaum muda Indonesia masih resah dengan kebijakan negara adi daya yang tidak mengakui adanya perubahan iklim. Namun ia percaya bahwa para penggerak roda bangsa tersebut dapat bertindak tepat sesuai dengan kebutuhan Indonesia terutama dampaknya terhadap perubahan alam.

"Indonesia tidak perlu terpengaruh negara lain untuk mampu merubah kehidupan menuju pembangunan berkelanjutan. Indonesia bisa berdiri sendiri untuk melakukannya," tambah pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Indonesia  Bersatu ini.

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan membentuk Youth for Climate Camp (YFCC) yang digelar setiap tahun. Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan para generasi muda Indonesia dalam menyadarkan masyarakat mengenai dampak perubahan iklim serta bagaimana melakukan adaptasi dan mitigasi. Hingga saat ini, kegiatan YFCC tersebut telah meluluskan lebih dari seribu alumni yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Melalui generasi muda ini lah yang menjadi motor penggerak pemerintah. Tidak terbatas pada alumni YFCC saja, karena bergerak untuk perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Kita harus saling bekerjasama untuk mengatasinya," tutup pria yang meraih guru besar kehormatan dari Universitas Griffith, Australia itu. (arn/mis)

Berita Terkait