Puluhan siswa SD Desa Galengdowo terlihat antusias mengelilingi tim pengajar Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HMTG). Mereka terlihat tertarik melihat alat peraga berupa botol dengan penyaring yang telah diisikan dengan tanah. Alat ini yang digunakan oleh para mahasiswa Departemen Teknik Geofisika untuk menjelaskan proses terjadinya pencemaran air tanah kepada anak SD tersebut.
Salah satu pengajar, Yogic Wahyu, menjelaskan bahwa cara kerja alat yang mereka bawakan sangat sederhana. Dalam kondisi normal air akan dituangkan kedalam botol plastik dan akan melewati tanah serta penyaring. Hasilnya akan jatuh air tanah yang ke dalam wadah yang terdapat dibawahnya. Konsep ini menjelaskan proses penyaringan air di dalam tanah.
Selanjutnya, dengan menggunakan pewarna, mahasiswa ITS mensimulasikan proses pencemaran air sebagai akibat tanah yang tercemar. Air yang melewati tanah tercemar itu akan berbeda warnanya dengan air dari tanah biasa. "Peragaan kedua menjelaskan efek pencemaran lingkungan yang berdampak bagi kehidupan masyarakat," terang Yogic.
Penjelasan yang sederhana tersebut membuat siswa SD Desa Galengdowo lebih mudah untuk memahami tentang pentingnya menjaga lingkungan. Meski sempat tidak kondusif, para siswa dapat memahami maksud yang ingin disampaikan oleh pengajar dari HMTG. Dengan percaya diri dan penuh candaan, mereka akhirnya mampu menjelaskan kembali tentang cara air tanah dapat tercemar kepada teman-teman sekelasnya.
Yogic mengatakan pengajaran yang diberikan kepada siswa kelas dua dan tiga SD tersebut sengaja difokuskan kepada pencemaran tanah. Selain ingin memperkenalkan keilmuan Teknik Geofisika, hal ini dikarenakan pentingnya menjaga kebersihan air tanah untuk kehidupan yang akan datang. "Air adalah sumber kehidupan yang paling dekat dengan kita. Penting untuk dapat menjaganya sejak dini," ujar mahasiswa semester dua tersebut.
Kini mahasiswa asal Kediri itu berharap apa yang ia dan rekan-rekannya sampaikan dapat dipahami dengan benar oleh anak-anak Desa Galengdowo. Menurutnya menjaga lingkungan juga merupakan bagian terpenting dari pendidikan dini.
"Kita berharap apa yang kita sampaikan bisa membuat lingkungan mereka lebih terjaga, dan yang terpenting mereka juga bisa mengajarkan ke teman-teman lainnya," ujar Yogic menutup wawancara dengan kru ITS Online. (mik/ven)
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh