ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
08 April 2017, 17:04

Sudah Mudahkah Akses Jalur Pejalan Kaki ITS?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dosen Departemen Arsitektur ITS, Dr Arina Hayati ST MT, diketahui membuat evaluasi
desain yang lebih nyaman dan aman untuk diakses oleh siapa saja.

Arina mengatakan, penelitian ini didorong dari keprihatinannya terhadap pedestrian di kampus ITS. Menurutnya jalur pejalan kaki harus dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk oleh anak-anak, orang tua usia lanjut, dan penyandang disabilitas. Namun nyatanya, sebagai penyandang disabilitas, ia mengaku kesulitan saat harus berpergian melalui pedestrian di ITS.

Sebenarnya, dalam delapan konsep eco-campus yang diusung ITS terdapat poin yang membahas jalur pedestrian. Poin yang dimaksud adalah keharusan memiliki sistem pergerakan internal yang aman, nyaman, sehat, dan manusiawi. Hal ini lah yang menjadi acuan bagi Arina untuk membuat desain perbaikan bagi pejalan kaki di kampus perjuangan.

Disamping itu wanita asal Lamongan, Jawa Timur ini menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukannya juga terkait program kampus inklusi yang diusung pemerintah. Secara ringkas, dalam program yang akan bergulir pada 2018 tersebut semua perguruan tinggi wajib turut menerima mahasiswa penyandang disabilitas. "Untuk itu kita harus mempersiapkan sarana yang juga bisa digunakan oleh mereka nantinya," ujar Arina.

Dalam penelitiannya, lulusan sarjana arsitektur ITS ini mengaku melakukan observasi langsung ke hampir semua bagian daerah di kampus ITS Sukolilo. Dikarenakan harus menggunakan kursi roda, ia dapat merasakan sendiri titik mana saja yang dirasa tidak cukup nyaman bagi orang-orang berkebutuhan khusus.

Menurutnya terdapat beberapa permasalahan yang umum dijumpai pada pedestrian di ITS. Diantaranya adalah banyaknya penghalang jalan layaknya pot bunga atau penghalang besi. Selain itu beberapa bangunan dan jalan tidak terdapat ram, yaitu landasan miring yang biasa digunakan untuk pengguna kursi roda agar bisa berpindah ke tempat yang lebih tinggi.

"Kalaupun ada kebanyakan kemiringannya terlalu ekstrim sehingga pengguna kursi roda akan merasa kesulitan untuk melaluinya," aku Arina.

Selain itu untuk meningkatkan validitas penelitiannya Arina juga melakukan survei kepada seratus mahasiswa ITS secara acak. Hasilnya sebagain besar mahasiswa merasa bahwa pedestrian di ITS sudah cukup layak untuk digunakan, baik dari segi ketinggian, lebar jalan, dan kenyamanan. Namun yang menarik ketika pertanyaan yang digunakan dalam survei diganti menjadi kasus khusus untuk orang berkebutuhan khusus, hasilnya menjadi berubah drastis.

"Jadi penelitian ini sekaligus untuk melatih kepekaan mahasiswa kita. Hasil survei menjadi berubah karena mereka ikut membayangkan bagaimana rasanya bepergian dengan keterbatasan," ujar Arina dengan tersenyum.

Untuk itu doktor arsitektur penyandang disabilitas pertama di Indonesia ini membuat desain yang lebih aman untuk diakses oleh semua kalangan. Dalam  desain yang ia buat pada 2015 lalu, Arina merancang beberapa perbaikan. Pada beberapa titik dibangun ram dibawah kemiringan maksimal yaitu delapan persen. Selain itu Ketinggian pedestrian juga dilandaikan agar lebih mudah untuk dinaiki. Kemudian Arina juga mengurangi penghalang-penghalang yang tidak perlu di sepanjang jalur pejalan kaki yang ia desain.

Arina pun berharap desain yang dibuat dapat segera direalisasikan. Menurutnya, ITS harus memandang pembuatan fasilitas kampus tidak hanya dari kacamata orang umum, namun juga harus mempertimbangkan orang dengan kebutuhan khusus. "Sebenarnya orang disabilitas juga ingin bepergian, namun kita lebih perhitungan dengan kondisi keadaan sekitar. Semoga kedepannya ITS lebih accessible buat semua kalangan," harapnya mengakhiri wawancara dengan crew ITS Online. (mik/akh)

Berita Terkait