"Pendidikan adalah benih untuk pembebasan, kepribadian, dan kepemimpinan," tegas Joni mengutip ungkapan Ki Hadjar Dewantara.
Dalam pidatonya, Joni menekankan agar wisudawan tidak terkecoh oleh gelar maupun ijazah. "Eksistensi saudara sebagai orang yang terdidik dan berpendidikan, lebih ditentukan oleh perilaku atau karakter," ucapnya.
Menurut Joni, para wisudawan di depannya bukan hanya sebagai pembaharu, tapi juga harus menjadi pemberi aspirasi atau pembawa perubahan yang lebih baik. "Apapun yang dimiliki seseorang yaitu kepintaran, keelokan, dan kekuasaan, semuanya tidak bernilai jika ia tidak bisa itu adalah salah satu ekspresi keburukan karakter," jelasnya.
Dalam peribahasa Inggris dikutipnya, bahwa orang yang kehilangan kekayaan sesungguhnya tidak kehilangan apapun. Orang yang kehilangan kesehatan, ia kehilangan sesuatu. Namun jika orang kehilangan karakter, ia pasti kehilangan segalanya. "Jadi sangat penting bagi kita untuk menjaga agar karakter menjadi bagian utama dalam hidup kita," ungkap Joni masih dengan nada penuh penekanan.
Tentang pentingnya karakter bagi bangsa ini, Joni menceritakan kisah Bung Karno yang sering mengajukan pertanyaan yang ia pinjam dari sejarawan Inggris. "Apa yang menentukan besar kecilnya suatu bangsa? Yang menentukan bukan seberapa luas wilayahnya tapi kekuatan tekad dari pancaran karakternya," ucap Joni.
Pengalaman sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa seberat apapun kesulitan dan kemelaratan bangsa, semua itu bisa diatasi oleh kekuatan karakter dari para pemimpin dan rakyatnya.
"Kehilangan terbesar bangsa ini bukan kemerosotan pertumbuhan ekonomi, ataupun kematian pemimpinnya, melainkan kehilangan karakter," tukas dosen Departemen Teknik Lingkungan itu.
Joni berharap para wisudawan dapat mengembangkan inovasi dan kreativitas guna mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Diakhir pidatonya, ia menitipkan nama besar ITS di pundak para wisudawan 115 itu. "Selamat berjuang. Semoga kesuksesan selalu mengiringi saudara sekalian," pungkasnya. (id/ven)