Arman, sapaan akrabnya, menyatakan, pergeseran dari status negara berpenghasilan rendah menjadi menengah, akan serta merta memberikan dampak yang cepat kepada jumlah total agregat permintaan dan penawaran pada negara tersebut.
Berkat pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan, Indonesia berhasil naik menjadi kelompok negara berpenghasilan menengah (Middle Income Countries – MIC). Konsekuensi yang harus dihadapi dari pencapaian ini ialah tekanan besar dari dua sisi.
Di satu sisi Indonesia harus berdarah-darah memperebutkan kursi tenaga kerja bersama kelompok negara berpenghasilan rendah (Low Income Countries). Disisi lain, Indonesia juga terpaksa tonjok-tonjokan kreativitas bersama kelompok negara berpenghasilan tinggi (High Income Countries).
"Terkait hal ini, Indonesia harus segera mengambil sikap. Ingin memfokuskan startegi ekonominya ke arah komparatif atau kompetitif," papar Arman. Ia melajutkan, yang dimaksud komparatif adalah kemampuan untuk bersaing dalam hal faktor produksi, misalnya tenaga kerja. Sedangkan kompetitif adalah persaingan ekonomi yang berdasarkan pada aspek inovasi dan kreasi.
Salah satu prasyarat utama agar Indonesia dapat bermigrasi ke negara dengan klasifikasi pendapatan tinggi adalah kuatnya kapabilitas industri. Industri yang kuat akan secara langsung memperbaiki struktur neraca perdagangan dan pola penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan pendapatan per kapita.
Dosen Teknik Industri ini mengungkapkan, lambatnya perkembangan industri manufaktur Indonesia disebabkan oleh lingkaran setan (vicious circle). Pendapatan yang rendah akan menghasilkan derajat saving yang rendah, yang berujung pada rendahnya investasi.
Investasi yang rendah juga memicu rendahnya produktivitas pekerja, sedangkan rendahnya produktivitas akan berimbas pada rendahnya upah pekerja. "Hal ini terus berputar dalam satu siklus tanpa ada ujungnya," tutur Arman.
Menurut Arman, langkah yang dapat diambil untuk mengimbangi pertumbuhan manufaktur yang lamban adalah dengan meningkatkan kompetensi dan kapasitas sumber daya manusia (SDM). "Mengembangkan SDM adalah salah satu solusi paling strategis untuk memutus lingkaran setan tersebut," terang dosen yang meraih gelar masternya dari AIT Bangkok ini.
Dengan terputusnya lingkaran tersebut, Arman berharap Indonesia segera lepas dari cengkraman MIT. Bukan dengan kembali menjadi kelompok negara berpenghasilan rendah, melainkan dengan menjadi kelompok negara berpenghasilan tinggi. (qi/ven).
Surabaya, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi meluncurkan
Surabaya, ITS News — Mewujudkan sinergi dengan pemerintah daerah, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyambut positif program Bantuan Biaya
Mojokerto, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan masyarakat melalui inovasi teknologi
Kampus ITS, ITS News — Guna mendukung gaya hidup sehat yang lebih intens, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi