ITS sebagai kampus berperingkat kedua terhijau di Indonesia versi UI Green Metric World University Ranking 2016 tidak hanya memperhatikan kehijauan pepohonan saja, tetapi juga keseimbangan ekosistem di dalamnya, salah contohnya keberagaman burung. Salah satu organisasi yang cukup memberikan banyak perhatian pada burung-burung di ITS ialah Kelompok Studi Burung Liar (KSBL) Pecuk dari Departemen Biologi.
Alkautsar Alivvy, anggota Pecuk mengatakan, berdasarkan pengamatan yang ia lakukan bersama tim Pecuk, hingga saat ini indeks keanekaragaman jenis burung (H’) di ITS termasuk kategori tinggi. "Kelimpahan burung di ITS, H’ (H aksen, red) mendekati 3, yang artinya terdapat jenis burung yang cukup beragam di ITS," ujar mahasiswa Departemen Biologi Angkatan 2013 tersebut.
Jenis burung yang paling banyak dan mudah ditemui di ITS adalah jenis burung dara (Columbidae), blekok sawah (Ardeola speciosa), burung gereja (Passeridae), burung perkutut (Geopelia striata), dan burung hantu (Strigiformes). Jumlah populasi jenis burung di ITS, berdasarkan data tim Pecuk hingga tahun 2016 kurang lebih sebanyak 150 jenis burung.
Beberapa tahun terakhir, kata Acul, sapaan akrabnya, ditemukan jenis burung baru di ITS yang belum sempat diidentifikasi oleh Pecuk. ”Kemungkinan besar jenis baru ini merupakan hasil perkawinan burung di ITS dengan burung yang dibawa dari luar dan dipelihara di perumahan dosen (Perumdos) ITS," ujarnya saat ditemui ITS Online pada Jumat (17/2).
Acul menuturkan, berdasarkan pengamatan rutin yang ia lakukan dengan tim Pecuk, ada beberapa tempat di ITS yang sangat sering didatangi oleh burung-burung. Tempat tersebut di antaranya adalah hutan kampus di belakang kompleks fasilitas olahraga, taman alumni, gedung Nasdec dan pusat robotika, serta beberapa tempat yang terdapat banyak pohon dengan kanopi rapat.
ITS juga terus berusaha melestarikan burung dengan membangun beberapa sangkar-sangkar burung di beberapa titik, seperti taman refleksi di Fakultas MIPA dan Danau Delapan. Namun Acul dan rekannya jarang menemukan burung bertengger di sangkar-sangkar tersebut.
"Memang melestarikan burung susah. Meski sudah disediakan sangkar, belum tentu burung tersebut lantas bertengger karena burung harus memilih tempat yang sesuai dengan suhu tubuhnya,” jelasnya. Walaupun begitu, sangkar tersebut setidaknya memfasilitasi mahasiswa untuk meletakkan makanan untuk burung.
Bagi mahasiswa asal Jakarta ini, keberadaan burung merupakan indikator bagi kualitas lingkungan. Jika di suatu tempat ditemukan banyak burung, maka ekosistem di daerah tersebut masih baik. Burung, lanjut Acul, juga penting untuk menjaga rantai makanan dan ekosistem. "Saya melihat keberadaan burung di ITS sangat berpotensi menunjang program eco campus, oleh karena itu perlu konservasi burung secara berkesinambungan," harapnya.
Selain menjaga kestabilan ekosistem, keberadaan burung juga penting untuk mengatasi stres. Penelitian dari University of Exeter, Inggris, melaporkan bahwa orang yang bermukim di wilayah dengan banyak pepohonan dan burung, memiliki tingkat stres dan depresi yang sangat rendah. ”Itu lah mengapa mendengar kicauan burung begitu menyenangkan,” tutupnya dengan senyum mengembang. (jel/mis)
Surabaya, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi meluncurkan
Surabaya, ITS News — Mewujudkan sinergi dengan pemerintah daerah, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyambut positif program Bantuan Biaya
Mojokerto, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan masyarakat melalui inovasi teknologi
Kampus ITS, ITS News — Guna mendukung gaya hidup sehat yang lebih intens, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi