ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
25 Februari 2017, 01:02

Indonesia Harus Mencoba Menerapkan Beton Pratekan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut ACI (American Concrete Institute), beton prategang adalah beton bertulang yang mengalami tegangan internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.

Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk menerapkan teknologi beton pratekan ini. Dengan segala kelebihan yang dimilikinya, teknologi ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan beton bertulang biasa. Tak hanya itu, inovasi ini menjadi peluang yang sangat menjanjikan di dunia Teknik Sipil. Sebab, menawarkan berbagai keuntungan dari segi kinerja, biaya, waktu, maupun keselamatan penggunaannya.

"Inovasi selalu menantang. Di sini lebih menekankan terhadap penyederhanaan konstruksi pelat. Sehingga dapat melakukan penghematan," tutur Lorenzo Marengo, Head of engineering di Freyssinet, sebuah perusahaan teknologi berkelanjutan yang bergerak di bidang konstruksi.

Perkembangan konstruksi di Indonesia masih terbilang biasa-biasa saja. Balok utama untuk desain seismik yakni desain konstruksi tahan gempa, masih memiliki ketebalan yang bisa mencapai 800 mm. Serta pelat sekunder yang memiliki ketebalan 250 mm. Selain itu, pelat satu arah dengan ketebalan 150 mm dengan bentang 4 m juga masih sering digunakan.

Hal ini menjadi peluang tersendiri bagi Indonesia untuk mengembangkan teknologi beton pratekan. Dengan metode Post-tensioned floors, seperti yang ada dalam berita sebelumnya https://www.its.ac.id/berita/101419/en konstruksi lantai bisa disederhanakan. "Ini bisa mengurangi ketebalan pelat sekunder hingga 20 persen, atau menjadi 200 mm," terang pria asal Italia tersebut. 

Penggunaan beton pratekan ini dapat diterapkan pada bangunan tanpa tingkat maupun bangunan bertingkat. Seperti perumahan, sekolah, parkiran mobil, hingga gedung perkantoran. "Penggunaan konstruksi ini membutuhkan persetujuan TPKB (Tim Penasehat Konstruksi Bangunan) di Jakarta," ujar Lorenzo sembari menambahkan manfaat lainnya untuk memudahkan struktur inti dan detail analisa seismik yang lebih rinci.

Selain peluang, Indonesia juga harus siap menghadapi tantangan terhadap perubahan dan inovasi. Seperti kualitas beton dan desain tahan gempa itu tadi. "Kami sangat optimis pelat ini bisa diterapkan di Indonesia," pungkasnya.(mbi/akh)

Berita Terkait