ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
24 Februari 2017, 14:02

Rantai Nilai Jawab Permasalahan Agribisnis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Kalau harga naik ramai, kalau harga turun diam. Ini yang jadi persoalan sekarang," terang Dr Tomy Perdana SP MM mengawali kuliah tamunya. Tantangan Indonesia, ujarnya, adalah arus rantai pasok yang terpusat hanya pada pasar modern..

Tomy, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa sebagian besar industri di Indonesia sudah banyak dikuasai negara luar atau asing. "Produk luar selalu lebih mudah masuk dan pasar modern selalu jadi supply chain master," ungkap Tomy.

Konsultan rantai pasok ini menjelaskan kesadaran konsumen terhadap keamanan pangan menjadi sorotan persoalan yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Menurut Tomy, selektif dalam memilih pangan menjadi hal krusial budaya konsumen di Indonesia. "Pangan bisa jadi sumber penyakit, bisa juga jadi pencegah penyakit," imbuhnya.

Menjawab permasalahan tersebut, Tomy mengungkapkan gagasannya mengenai rantai nilai dalam manajemen supply chain. Dengan rantai nilai, ujarnya, dapat menciptakan nilai jual yang lebih dari harga barang awal tersebut. "Hal ini bisa mengalihkan konsumen lebih memerhatikan nilai barang," tutur dosen dan Ketua Laboratorium Agribisnis Universitas Padjajaran.

Ia mengambil contoh pembudidayaan kopi. Jika hanya dijual mentah, biji kopi bernilai satu kali lipat. Namun, jika biji
tersebut diolah menjadi bubuk kopi, maka nilainya akan menjadi lima kali
lipat.

Beda hal, jika kopi tersebut disajikan dalam bentuk siap minum, maka nilai jualnya akan meningkat menjadi 54 kali lipat. Jika pelayanan kedai
kopi dilengkapi dengan kenyamanan fasilitasnya, seperti kursi, meja,
dan wifi, maka nilainya bisa menjadi 200 kali lipat.

"Gunanya rantai pasok dan rantai nilai seperti itu. Rantai pasok solusi penyediaan barang mentah dan rantai nilai bagaimana barang tersebut bisa menjadi perhatian dan dibeli masyarakat," tutupnya. (mbi/van)

Berita Terkait