ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
06 Februari 2017, 10:02

Pertamina Tantang ITS Temukan Energi Murah Terbarukan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kebutuhan energi terus meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil justru semakin tipis. Hal tersebut memaksa setiap negara untuk mulai beralih pada energi terbarukan. Saat ini, beragam penelitian mengenai energi terbarukan telah banyak berkembang di kalangan akademisi.

Sayangnya, mahalnya biaya pembangunan infrastruktur energi terbarukan tidak sebanding dengan besar energi yang dihasilkan. Pria yang kerap disapa Ibnu ini memandang kondisi tersebut sebagai peluang sekaligus tantangan bagi calon insinyur untuk berlomba-lomba mencari alternatif energi terbarukan yang layak dari sudut pandang ekonomi.
Menurut alumni Departemen Teknik Fisika ini, salah satu penyebab mahalnya instalasi sumber energi terbarukan adalah turunnya harga minyak bumi beberapa waktu terakhir. "Karena harga BBM lebih murah, masyarakat memandang biaya untuk energi terbarukan terlalu mahal," ungkap Ibnu.
Senada dengan Ibnu, Sekertaris Direktur Bidang Kelistrikan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ir Agoes Triboesono M Eng menambahkan, pemerintah sebenarnya ingin agar harga energi, apapun bentuknya selalu dapat dijangkau oleh masyarakat.
Ia juga sependapat bahwa biaya pembangunan sumber energi terbarukan di Indonesia memang masih mahal bila dibandingkan dengan beberapa negara lain. "Anggap saja untuk mendirikan solar photovoltatic, Abu Dhabi hanya membutuhkan tiga sen, agak mahal dari itu, Kamboja membutuhkan sembilan sen, sedangkan Indonesia masih membutuhkan biaya hingga 14 sen," papar Agoes.
Meski demikian, Agoes menegaskan bahwa dengan keadaan tersebut bukan berarti Indonesia harus berpaling dari energi terbarukan. Abu Dhabi adalah negara yang kaya minyak. Meski begitu, mereka sadar bahwa suatu hari nanti minyak mereka akan habis, sehingga mulai merintis pembangunan energi terbarukan. "Indonesia sebagai negara yang tidak kaya minyak, seharusnya lebih tertantang daripada Abu Dhabi," tuturnya. (qi/hil)

Berita Terkait