Dibawah naungan International Office (IO), CommTech memberikan kesempatan bagi mahasiswa, karyawan maupun dosen suatu unversitas di seluruh dunia untuk mempelajari tentang isu global dan beberapa komunitasnya. Seluruh kegiatan dikemas dengan konsep berwawasan namun tetap menyenangkan. "Peserta tahun ini sebanyak 57 peserta dan berasal dari 18 negara. Paling banyak dari Australia," tutur Adolft Afwari R, Wakil Koordinator CommTech 2017.
Program ini dalam kurun waktu satu tahun digelar dua kali, yakni CommTech Insight yang dilaksanakan pada bulan Januari dan CommTech Highlight pada bulan Juni mendatang.
Dalam acara Commtech bulan ini tidak hanya berdiskusi mengenai isu global dan perkenalan profil ITS saja, namun juga diselingi dengan memperkenalkan budaya dan sejarah Indonesia. "Ada kegiatan Traditional Music and Dance (TMD), untuk alat musik kami memilih angklung dan untuk tari tradisional adalah tarian dari Aceh, tari saman. Selain itu kami juga mengenalkan batik dan telah melakukan kunjungan ke sebuah toko batik Mirota," ungkapnya.
Adoflt menjelaskan, untuk pelatih dua kegiatan TMD itu semua berasal dari ITS. Pelatih angklung adalah Andre Widiyatmoko alumni S1 Teknik Mesin. Dan Pelatih Tari Saman adalah mahasiswi Teknik Multimedia dan Jaringan (TMJ). "Seluruh peserta kemarin dilatih selama beberapa hari dan pada tanggal satu Februari kemarin berhasil tampil di depan Walikota Surabaya, Dr Ir Tri Rismaharini MT di gedung Surabaya Country sebagai closing ceremony," imbuhnya.
Peserta sangat terlihat antusias saat mempelajari alat musik tradisional Indonesia, hal tersebut diungkapkan oleh salah satu peserta. "Saya sagat suka belajar bermain angklung,namun untuk tarian saman sedikit lebih sulit karena saya baru menemui tarian seperti ini," ungkap Ayad, Mahasiswa asal Yaman yang menempuh pendidikan di Malaysia ini.
Selain mempelajari budaya Indonesia, peserta CommTech juga dikenalkan Bahasa ibu pertiwi melalui kegiatan Fun Indonesian Language. "Mereka diajarkan bahasa Indonesia dasar seperti macam-macam pengucapan selamat, mata uang Indonesia, pengucapan bulan dan hari, dan akan ditutup dengan permainan tradisional," tutur mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015 ini.
Kegiatan ini juga mengajarkan cara melakukan pengolahan sampah dengan mengunjungi Kampung Jambangan. "Disana peserta dapat melihat langsung proses pengolahannya, selain itu kami mendapatkan sambutan yang sangat hangat dari ketua Rukun Tetangga (RT) dan warga sekitar," katanya.
Diakhir Adolf berharap agar kedepannya makin banyak elemen di ITS yang terlibat dalam kegiatan internasionalisasi ini. "Semoga baik peserta maupun pihak ITS mendapatkan inovasi yang baik setelah berpartisipasi dalam kegiatan ini," pungkasnya. (Ifa/akh)