Setelah sebelumnya diajak mengkritisi kebijakan pemerintah Kota Surabaya dan mengunjungi Gunung Bromo, kali ini peserta CommTECH dilatih untuk mengasah kemampuan dalam bidang fotografi. Tak hanya ditantang mengabadikan momen bernuansa budaya khas Kampung Arab, peserta juga diwajibkan menyelesaikan berbagai misi sesuai dengan clues yang diberikan.
"Amazing race ini sekaligus juga mengenalkan kearifan lokal Surabaya kepada peserta sambil mendokumentasikannya dalam etnofotografi," jelas Kartika Kusuma Wardani ST MSi, panitia CommTECH.
Ke-55 peserta yang berasal dari 16 negara ini dibagi menjadi sepuluh tim yang masing-masing terdiri dari empat hingga lima orang. Uniknya, setiap tim diberi nama sesuai dengan panganan khas yang umum dijumpai di Surabaya.
"Ada semanggi, penyetan, rawon, dan sebagainya. Sebelum mulai race mereka juga ditantang mencicipi sambil menebak kira-kira makanan mana yang sesuai dengan nama kelompok mereka," ujar Tika sambil tertawa.
Dalam amazing race tersebut, setiap tim ditantang untuk memecahkan beberapa clues untuk menyelesaikan permainan. Mulai dari mengunjungi makam, mencoba air suci dalam gentong, berbelanja di pasar Gubah hingga mengunjungi Hotel Kemadjuan yang merupakan salah satu warisan budaya di Surabaya.
"Mereka juga diharuskan untuk mencoba beberapa jajanan lokal, membeli parfum khas Ampel dan mencoba henna," beber wanita yang merupakan dosen Departemen Desain Produk Industri ITS ini.
Salah satu peserta CommTECH, Marianne V Respensor mengaku kegiatan ini sangat menyenangkan. Pasalnya ini merupakan kali pertama baginya mengunjungi Indonesia utamanya Kampung Arab dan budayanya.
"Saya sangat iri dengan orang Indonesia yang bisa belajar budaya langsung dari sumbernya seperti Kawasan Ampel ini. Di negara saya belajar budaya hanya bisa lewat kaset dan video saja. Sangat menyenangkan bisa belajar budaya Indonesia," ungkap Ianne yang berasal dari Filipina.
Selain diajak menyelesaikan berbagai misi yang diberikan, Ianne juga mengatakan amazing race membuatnya berinteraksi dengan masyarakat Ampel secara langsung. Hal ini membuatnya mengerti akan budaya sopan santun dan etika yang identik dengan Kampung Arab.
"Kami juga diwajibkan untuk menggunakan kerudung, baju lengan panjang dan rok panjang seperti layaknya masyarakat sekitar sehingga kita bisa saling menghargai budaya masing-masing," tutupnya. (arn/ven)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,