Dalam sidangnya, ia menuturkan bahwa penelitiannya merupakan pengembangan model penelitian sebelumnya. Permodelan heterogenitas spasial yang telah ada sebelumnya terbatas pada univariat. Karenanya, ia mengembangkanya menjadi multivariat.
Mengenai studi kasusnya, ia justru terinspirasi oleh profesor ITS yang banyak mengaplikasikan penemuanya di bidang kesehatan. Akibatnya, Triyanto mengangkat permasalahan mengenai kasus kematian ibu dan bayi di Provinsi Jawa Tengah.
Aplikasi yang dibuat oleh pria asal Klaten ini digunakan untuk menentukan variabel yang berpengaruh terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Tujuannya, variabel tersebut dapat digunakan untuk menurunkan AKI dan AKB.
Sepuluh variabel yang ia gunakan adalah persentase kunjungan ibu hamil, persentase ibu hamil yang mendapat Fe3, persentase kunjungan neonatal lengkap, persentase bayi dengan berat badan lahir rendah, persentase rumah sehat, rasio posyandu aktif, rasio dokter umum, persentase penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang melek huruf, persentase perempuan yang menikah di bawah usia 17 tahun, dan persentase penduduk miskin.
Keunggulan dari model matematika hasil pengembangan alumni ITS ini bukan hanya mendeteksi variabel yang berpengaruh secara umum di Provinsi Jawa Tengah namun secara mendetail di 35 kabupaten di provinsi tersebut. Triyono meyakini setiap kabupaten memiliki variabel yang berbeda yang berpengaruh dalam AKI dan AKB. "Jadi dapat diketahui solusi yang tepat untuk setiap daerah," imbuh dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) itu.
Mampu menyelesaikan studi dan menyandang gelar doktor tidak lantas membuat Triyanto puas dengan pencapaianya tersebut. Dalam sidang yang dipimpin oleh I Nyoman Budiantara ini ia juga menyampaikan bahwa gelar doktor yang baru saja disandangnya bukanlah sebuah goal namun merupakan titik awal dirinya untuk mampu bertindak lebih. "Gelar doktor yang saya terima merupakan bentuk apresiasi dari ITS dan saya harus bertanggung jawab atas itu," pungkasnya.(Odi/ven)