Pria yang akrab disapa Mulyono ini menuturkan, penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya masih berfokus untuk mengoptimalkan komponen-komponen dari sistem pengangkutan laut secara terpisah, atau disebut local optimum. "Jadi belum ada yang mengintegrasikan antara variabel strategis dan operasional dari sistem transportasi laut secara komprehensif," tutur Senior Vice President Pertamina ini.
Konsep model terintegrasi berbasis TOC pada sistem transportasi laut menurut Mulyono, meliputi integrasi komponen sistem, integrasi ukuran kinerja, integrasi time horizon, dan integrasi output. "Pengembangan Model terintegrasi TOC ini nantinya bisa digunakan untuk memetakan seluruh kinerja sistem angkutan laut, minyak diangkut dari mana dan sistem operasinya bagaimana," ujar ayah dua putri ini.
Mulyono mencontohkan, pada integrasi komponen sistem terdiri dari tiga aspek, yakni alat angkut, sistem manajemen, dan infrastruktur. Kendala atau constraint yang terjadi sekarang ialah infrastruktur dan alur pengangkutan yang terbatas. Dalam studi kasus yang dilakukannya pada perusahaan Pertamina di kilang minyak Pontianak, infrastruktur alat transportasi terbatas menggunakan pesawat terbang.
"Kebutuhan disana itu kecil, maka volume yang diangkut pun kecil, karena yang digunakan adalah pesawat terbang, sehingga biayanya mahal," jelas Mulyono.
Sementara itu, simulasi yang dilakukan Mulyono yang menggunakan angkutan laut, masih terkendala pada kedangkalan laut yang memiliki kedalaman 4,5 meter. "Idealnya, kapal mampu memuat 4500 ton bila kedalamannya enam meter. Tapi karena kedalaman laut sekarang 4,5 meter, maka minyak yang diangkut hanya 3000 ton," terang pria 56 tahun ini.
Selain kendala kedalaman, terbatasnya jumlah kapal serta infrastruktur pada pipa-pipa minyak yang sudah tua menjadi kendala berikutnya. "Pipa-pipa yang sudah tua menyebabkan cargo pump tidak bisa memompa lebih kuat, karena pipa bisa pecah," ungkap pria yang bekerja di SVP Pertamina itu.
Maka solusi yang paling efektif dan efisien untuk studi kasus tersebut, menurut Mulyono, adalah dengan cara menaikkan draft kapal. Kenaikan draft tersebut bisa terjadi dengan cara pengerukan dari 4,5 meter menjadi enam meter. Selain itu, perusahaan tersebut juga perlu meningkatkan kapasitas cargo pump dari 500 Kilo Liter per jam menjadi 550 Kilo Liter per jam.
Lebih lanjut, berbagai simulasi kondisi constraint yang diteliti Mulyono bisa diterapkan untuk sistem pengangkutan laut yang lain. "Hal ini bermanfaat untuk menetapkan BBM satu harga di seluruh Indonesia," ulas suami dari Ir Primarini MT ini.
Atas prestasi disertasinya tersebut, Hasil sidang promosi doktor memutuskan Mulyono resmi bergelar doktor dengan predikat disertasi sangat memuaskan. Dengan demikian, Mulyono tercatat sebagai doktor ke-35 di Fakultas Teknologi Kelautan ITS. (zik/hil)