ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
13 Januari 2017, 09:01

ITS Dorong Masyarakat untuk Mandiri

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam acara Musyawarah Mufakat Terfokus di Gedung Rektorat ITS itu, Sulis bercerita ketertarikannya ketika Daniel mengajaknya melakukan gerakan aksi menyelamatkan budaya dan lingkungan bangsa. "Wah, ini ide yang bagus Prof, saya ikut," ujarnya singkat.

Menurut Sulis, gerakan aksi merupakan pilihan yang tepat guna menyelamatkan kebudayaan bangsa. "Kalau sekedar program, yang diprogramkan akan pasif. Tapi bila gerakan aksi, maka semua bergerak," imbuhnya.

Pria yang telah bergelut di dunia pendidikan selama lebih dari 30 tahun tersebut didapuk menjadi pembicara kunci dalam forum. Dalam ceramahnya ia menuturkan tentang pergeseran budaya yang dialami masyarakat Indonesia. Penjahit, katanya, saat ini sukar sekali ditemukan. Pasalnya, telah banyak berdiri konveksi pakaian yang lebih bagus.

"Di gang-gang kecil kampung, saat ini saya sangat kesulitan menemukan penjahit. Kalaupun ada, sedikit sekali yang bias menjahit. Kebanyakan bisa permak (memperbaiki, red)," tuturnya sambil bercanda.

Hal lain yang ia contohkan adalah langkanya pasokan cabai. Sehingga, harga cabai di pasaran juga melambung tinggi. "Masa persoalan kelangkaan lombok harus presiden yang turun tangan," ujar pria berkacamata ini.

Harusnya, kata Sulis, persoalan itu dapat diatasi dengan menggerakkan masyarakat menanam lombok dirumahnya sendiri. "Bayangkan bila setiap rumah ada tanaman cabai, tidak ada ceritanya lagi kelangkaan cabai di negeri ini," imbuhnya.

Oleh karena itu, menurut Sulis, gagasan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang mandiri merupakan gagasan yang tepat. Hal tersebut juga didorong dengan bergesernya perilaku masyarakat yang semakin konsumtif. Belum lagi pengaruh gadget yang turut membentuk gaya hidup masyarakat Indonesia.

"Budaya masyarakat mandiri ini harus bersama-sama kita bangun," tegasnya. Karena dalam membangun budaya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada tiga tahapan yang harus dilalui, yaitu menumbuhkembangankan budaya, merawat, serta memelihara.

Perguruan tinggi memiliki peran vital dalam hal ini. Pasalnya, semua perubahan terjadi di kalangan intelektual akan mempengaruhi jenjang pendidikan dibawahnya. Sehingga, Sulis berharap, perguruan tinggi dapat menjadi center point dalam membentuk budaya masyarakat mandiri. "Contohnya bisa diterapkan pidato kebudayaan secara berkala setiap tahun," imbuhnya.

Acara yang dihadiri dari politisi hingga tokoh masyarakat ini diharapkan memiliki dampak yang luas dan merata. Daniel juga mengajak seluruh elemen untuk turut serta mengawal gerakan ini sesuai dengan keprofesian masing-masing. "Tidak hanya melestarikan budaya, namun juga mengembangkan budaya itu sendiri," pungkasnya. (bal/mis)

Berita Terkait