Menurut Syarif Vikri, ketua panitia penyelenggara Pameran Liman, kegiatan ini adalah inisiasi para mahasiswa untuk memamerkan hasil karya mereka kepada publik. Tahun ini, tema yang diangkat adalah desain studio atau tempat bekerja seorang arsitek.

Syarif juga menambahkan, dalam pembuatan karya ini mahasiswa dituntut untuk mengeksplorasi lahan-lahan terbatas seperti yang ada di Kota Surabaya. "Dari lahan-lahan tersebut, kita harus berpikir bagaimana menciptakan interior dan eksterior yang tepat yang menunjang kerja seorang arsitek," lanjutnya.

Salah satu karya yang dipamerkan adalah milik Lalu Fatih, purwarupa yang dipamerkan mengangkat konsep Kota Surabaya sebagai kota pelabuhan. "Saya ingin menjadikan studio saya sebagai cerminan dari kota Surabaya. Desain yang saya rancang pun bernuansa kapal dan laut," katanya seraya menunjukkan purwarupa karyanya yang berjudul ALO Architet Studio.

Dari 113 karya yang dipamerkan akan dipilih satu juara favorit berdasarkan pilihan pengunjung. Lalu mahasiswa Departemen Arsitektur angkatan 2015 berharap karya miliknya mampu menarik perhatian para pengunjung. "Jarang ada pameran yang berkonsep seperti ini. Ini merupakan ajang dimana para calon arsitek seperti kami dapat mengkomunikasikan apa yang kami buat," ujar Lalu.

Wawan Ardiyan ST MT, koordinator dosen pembimbing mata kuliah terkait yakni Desain Arsitektur, acara ini diselenggarakan sebagai respon para mahasiswa mengenai keterbatasan lahan dan kaitannya dengan desain tata ruang yang menjadi naungan masyarakat.

Wawan berharap tugas akhir ini juga nantinya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkarya serta mempresentasikan hasil karya mereka kepada masyarakat.

"Dengan pameran ini, saya berharap gairah arsitektur akan kembali bangkit di masyarakat. Terlebih lagi kontribusi para mahasiswa mengenai tata kota Surabaya" ujar Dosen Laboratorium Lansekap Departemen Arsitektur ITS ini.(saa/riz)