ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
17 Desember 2016, 20:12

LSCM Update Vol 2.0 Bahas Big Data

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Hendriyono memaparkan mengenai Big Data and Financial Behaviour Analysis. Menurutnya, ada tiga hal penting untuk menganalisis bisnis atau ilmu data, yaitu ilmu komputer, bisnis atau domain pengetahuan, serta matematika dan statistik. 
"Karena manusia tidak akan mampu memahami data yang besar secara komperhensif," tutur alumni Teknik Industri tersebut. Oleh karenanya, manusia butuh program yang bisa menerjemahkan data tersebut kedalam bentuk yang dapat dimengerti oleh manusia. Sehingga tiga hal ilmu data tersebut dirasa sangat penting untuk diaplikasikan. 
Sedangkan penggunaannya, Hendriyono menggolongkan data yang besar atau big data tersebut menjadi dua kategori, internal dan eksternal. Adalah kategori internal, meliputi pencegahan penipuan, credit scoring, dan masalah internal. Sedangkan kategori eksternal, meliputi pelayanan perbaikan, pemasaran (hyperpersonalized offer), dan kerjasama (berbagi data) dengan pihak ketiga.
"Strategi menggaet konsumen misalnya. Hal tersebut menarik, sehingga tak heran jika banyak perusahaan yang menggunakannya sekarang," tambah Hendriyono. Konsumen hanya perlu mengisi data data yang diminta oleh salah satu alamat website. 
Imbalannya, konsumen mendapat salah satu produk tersebut secara gratis, "Contohnya, pada salah satu situs, kita bisa mendapat baju secara gratis hanya dengan mengisi biodata seperti nama, alamat, email dan nomer telepon," jelasnya.
Cara tersebut dirasa menjadi jalan pintas bagi perusahaan untuk mendapat data pribadi konsumen. Data tersebut yang akan menjadi acuan perusahaan dalam mengembangkan produk. Sehingga, jika perusahaan tersebut menawarkan produk hasil pengembangan tersebut kepada konsumen, maka peluang untuk laku, tinggi. 
Diulas pula trilema investasi yang memiliki tiga aspek pokok, yaitu resiko, likuiditas, dan kembali. Dalam melakukan investasi, Hendriyono beranggapan, tidak mungkin usaha yang sedang berjalan langsung mendapatkan tiga aspek tersebut, biasanya bertahap. 
"Salah satu contohnya yaitu bisnis kos kosan. Resikonya memang rendah, keuntungan kembali memang tinggi, tetapi likuiditasnya rendah," tutur Hendriyono. (mir/oti)

Berita Terkait