Jika membandingkan Jawa Pos (JP) dengan koran-koran yang lain, sekilas mungkin terlihat kaku dan monoton. Namun, siapa sangka di balik itu semua, JP sangat memperhatikan desain grafis, terutama di halaman awalnya.
"Grafisnya koran JP sudah didetailkan di awal. Jadi, jika pembaca lihat ilustrasinya saja, seharusnya sudah paham berita utamanya sampai ke akar," jelas Agus Suryo, manager iklan Jawa Pos.
Ilustrasi di halaman awal JP, memang sengaja dibuat kronologis suatu kejadian secara grafis. Sedangkan detail kejadian atau hal-hal penting lainnya, dicantumkan dalam bentuk kolom daftar. "Hal penting tersebut misalnya, kejadian dimana, kapan, jumlah korban berapa, dan lain sebagainya," terang Agus.
Kini, JP mulai menyapa pembaca setianya melalui portal online. Menurut Agus, eksistensi JP di dunia online mulai digalakkan setahun belakangan, meskipun telah ada sejak lama. Hal tersebut lantaran visi pemimpin JP yang berbeda.
"Ketika dipimpin Dahlan Iskan, beliau pernah bilang, tidak perlu menghabiskan waktu bagaimana melawan media online, tapi fokus pada bagaimana koran ini tetap maju," ungkap Agus.
Seperti dilansir bisnishack.com, dalam waktu lima tahun kepemimpinan Dahlan Iskan, JP menjadi surat kabar dengan oplah mencapai 300000 eksemplar. Prestasi tersebut mampu membalikkan prediksi yang telah diramalkan banyak ahli media, dimana media cetak sudah tidak eksis lagi.
Sebagai surat kabar yang pada awalnya hanya terbit di kawasan Jawa Timur, JP telah tumbuh dan berkembang menjadi sebuah surat kabar nasional. Salah satu strateginya yaitu dengan menciptakan koran-koran lokal di berbagai daerah sebagai cabang dari JP, yaitu Radar. "Saat ini, Jawa Pos membuka 16 Radar di seluruh Indonesia," tambahnya.
Selain Radar, JP juga merekrut anak-anak muda yang kreatif sebagai salah satu strategi JP dalam tumbuh dan berkembang. "Kita merekrut anak-anak muda yang tidak kehabisan akal dan kreasi. Sehingga branding kita diterima di segala elemen masyarakat," pungkasnya. (mbi/oti)
