Perbincangan mengenai kehidupan muslim di negara-negara barat memang
menjadi hal yang cukup menarik. Salah satunya di negara Hitler, Jerman
yang saat ini menjadi salah satu negara dengan jumlah muslim yang cukup
besar di Eropa.

Minoritas Rasa Mayoritas

Dalam paparannya,
Bintoro mengungkapkan bahwa jumlah penduduk di Jerman saat ini
berjumlah sekitar 80 juta, dengan kaum muslim sekitar 4-6 juta. Yang
berarti hanya sekitar 5 persen kaum muslim dari populasi seluruh
penduduk Jerman. Baginya, jumlah tersebut cukup sedikit.

Namun
berdasarkan pengalamannya, penduduk Jerman jarang meramaikan
tempat-tempat keagamaan sekalipun ketika perayaan hari-hari besar.
Sangat berbeda dengan kaum muslim di sana. Dengan keterbatasan
masjid-masjid yang ada di sana, jumlah jamaah selalu saja membeludak
hingga ke luar area masjid. Sehingga pernah dilakukan 3 shift sholat
berjamaah.

Dari hal tersebut, Bintoro beranggapan bahwa muslim di
Jerman terkesan mayoritas. Hal tersebut menurutnya tak lepas dari sifat
unik kaum muslimin di sana yang menerapkan amar maruf nahi munkar dalam
sendi-sendi kehidupan.

Selanjutnya, kepala laboratorium fisika
teori tersebut mengungkapkan tiga tipe muslim yang ada di Jerman "yang
pertama populasi asli muslim tradisional di sana, kedua imigran, dan
yang ketiga mualaf dan pernikahan beda agama," ungkapnya.

Menurtnya,
kebebasan beragma di sana berhubungan dengan asas demokrasi yang
dipegang oleh Jerman. Bahkan pada level sekolah, pendidikan agama islam
mulai masuk dalam pelajaran di sekolah-sekolah umum.

Sama halnya
dengan Indonesia, di Jerman pun terdapat organisasi-organisasi Islam,
salah satunya Türkisch-Islamische Union der Anstalt für Religion e.V.
(DITIB) yang merupakan organisasi yang didukung langsung oleh pemerintah
Jerman.

Ketika ditanya mengenai budaya toleransi yang ada di
sana, Bintoro mengungkapkan "tergantung masing-masing orangnya untuk
menjadi toleran atau intoleran," pungkasnya. (id)