Barangkali Anda pernah mendengar bahwa Ilmu tanpa agama adalah buta, sedangkan agama tanpa Ilmu adalah pincang. Terminologi tersebut mungkin tepat untuk merepresentasikan kondisi beberapa pondok pesantren di Indonesia.Tak terkecuali Pondok Pesantren Nazhatut Thullab Sampang, Madura.
Meskipun usianya yang telah melampaui tiga abad, namun keadaan pondok masih sangat sederhana. Bahkan untuk dapat mengakses internet saja masih kesulitan. "Kalau mau pakai internet, harus menembak sinyal dari jalan raya yang lokasinya cukup jauh," ungkap Ketua Pelaksana ABSEN, Zishwa Muhammad Jauhar Nafis kepada ITS Online.
Fakta tersebut tentu sangat memilukan. Basis keilmuan pesantren memang selalu lekat dengan kerohanian. Namun, hal tersebut bukanlah alasan untuk mengesampingkan pengetahuan tentang teknologi. Memberikan paham mengenai pentingnya teknologi kepada masyarakat adalah kewajiban ITS sebagai salah satu kampus teknologi terbaik di Indonesia.
Oleh karena, melalui program ABSEN ini ITS ingin menginisiasi terciptanya sebuah pondok pesantren yang paham dengan perkembangan teknologi. "Kami ingin membukakan gerbang bagi para santri agar dapat memulai petualangannya dalam dunia teknologi sedari dini," tutur mahasiswa Departemen Teknik Elektro ini.
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah sebuah pesantren yang dapat mengikuti arus perkembangan teknologi. Indikatornya adalah kemampuan untuk menerapkan berbagai macam keilmuan yang telah diberikan selama pelatihan.
Jauhar berharap, ketertinggalan para santri dalam hal teknologi dapat dikejar melalui program ini. Oleh karena itu, menurutnya intensitas ABSEN harus ditingkatkan lagi untuk kepengurusan ke depannya. "Karena memberikan pemahaman tentang teknologi tidak mungkin cukup hanya dengan pertemuan singkat selama satu atau dua hari saja," tegasnya.
Tanggapan Positif
Kegiatan Abdi Pesantren ini ternyata mendapat sambutan hangat dari pihak pesantren. Hal ini terbukti dari tanggapan salah satu pengasuh yang secara tidak langung menyiratkan pentingnya peran santri dalam mendukung kemajuan teknologi.
"Ke depan kita butuh santri yang berkontribusi untuk pesantren, tapi bukan hanya sebagai kyai," tutur KH Muhammad bin Muafi, pengasuh pondok saat memberikan kajian pada para mahasiswa.
Bahkan, supaya program ini berkelanjutan, pihak pesantren berencana membuat klub bagi para santri sesuai bidang minat yang diajarkan di ABSEN. ”Nanti bakal ada klub robotik, klub karya ilmiah, klub desain, dan seterusnya. Dan saya harap CSS MoRA akan datang ke sini setidaknya sebulan sekali,” harap salah satu ustaz lainnya. (qi/mis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung