Tak hanya bernyanyi, pengunjung ITS Expo 2016 juga diajak bergoyang menyaksikan final kompetisi tari ITS Expo 2016, Jumat (18/11). Digelar di Grha Sepuluh Nopember ITS, sembilan tim terbaik diadu kebolehannya dalam satu panggung utama. Meskipun masih menyandang status sebagai siswa SMA, berbagai gerakan energik yang dipertontonkan mampu memberikan energi luar biasa ke setiap pasang mata yang menyaksikan.
"Dari 27 tim diambil sembilan tim terbaik yang terlebih dahulu diseleksi secara online melalui youtube," jelas Nitra Wahyuningsih, staf ahli Dance Competition ITS Expo 2016.
Sesuai dengan temanya yakni Show Your Expression with ITS Expo 2016, para peserta ditantang untuk mengolaborasikan tarian tradisional dengan gaya modern dan kontemporer secara unik. Tak hanya budaya Indonesia saja, beberapa di antaranya juga memilih budaya internasional sebagai konsep utama.
"Tahun ini kami memberi kebebasan kepada peserta untuk berkarya seliar mungkin sebagai wadah ekspresi kreativitas mereka yang notabene masih muda, berbeda dengan tahun lalu yang konsepnya adalah tari tematik," papar Nitra.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya berbagai kreasi tari mulai dari tradisional, balet hingga menyisipkan drama dalam tarian yang membuat penonton seakan terbawa ke dalam setiap gerak badannya. Sontak, pujian dari juri dan riuh tepuk tangan penonton pun menjadi penutup setiap karya yang ditampilkan.
Lebih spesial, tambahnya, Dance Competition ITS Expo 2016 juga menambahkan sesi battle dance. Setiap tim akan diadu kapabilitas tariannya dengan tim lain tanpa tahu lagu apa yang akan dimainkan. Menanggapi hal tersebut, Yogie Rukwanda, salah satu peserta mengaku cukup sulit menaklukkannya.
"Cukup sulit apalagi kalau lihat tim lawan jago-jago, tapi ini menantang banget. Sangat terasa atmosfer kompetisi tarinya," ungkap Yogie girang.
Mengangkat tema geisha Jepang, Yogie dan tim berhasil menduduki posisi pertama kompetisi tari ini. Yogie mengaku pencapaiannya ini di luar dugaan. Pasalnya tim hanya dapat berlatih selama tiga minggu karena tuntutan belajar sebagai siswa kelas 12.
"Lewat tari ini kami mengenalkan sosok geisha yang konotasinya selalu negatif. Kami ingin menunjukkan bahwa geisha juga sebenarnya merupakan women in power," jelas siswa SMAK Frateran Surabaya ini.
Ditanya mengenai tingkat kesulitan, Yogie mengaku bagian akhir ketika memainkan properti payung adalah hal yang tersulit. Setiap individunya diharuskan kompak dan menyesuaikan dengan tempo musik tanpa melupakan harmonisasi gerakan kelompok yang dimainkan dengan formasi.
"Syukurnya justru bagian ini lah yang menjadi bagian favorit bagi para juri. Mereka bilang element surprise ini sangat berhasil mencuri hati mereka," pungkas Yogie bangga. (arn/mis)
Mojokerto, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan masyarakat melalui inovasi teknologi
Kampus ITS, ITS News — Guna mendukung gaya hidup sehat yang lebih intens, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi
Kampus ITS, ITS News – Retinopati Diabetik merupakan komplikasi diabetes yang berisiko tinggi menyebabkan kebutaan permanen jika terlambat ditangani
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendukung penguatan kolaborasi akademik nasional melalui terpilihnya Prof Dr