Gagasan pembuatan kampanye didasari oleh adanya degradasi karakter mahasiswa ITS. "Walaupun tidak semua yang mengalami penurunan, namun baiknya diantisipasi," tutur Darmadji.
3S atau Salam Sopan Santun memiliki makna tersendiri bagi Darmadji. Salam berarti menyapa orang lain di sekitar, baik itu dosen, kakak tingkat dan teman sebaya. Salam ini dapat diucapkan berdasarkan kebiasaan atau adat yang berlaku. "Misalnya mengucapkan assalamualaikum," tuturnya.
Sedangkan sopan santun, merupakan hal yang mirip. Perbedaanya ialah sopan kaitannya terhadap tingkah laku, sedangkan santun kaitannya terhadap ungkapan ataupun tutur perkataan. Sopan santun ini merupakan hal yang beriringan.
Sopan santun dapat dimulai dengan cara sederhana. Misalnya sopan santun saat menghubungi dosen dengan media telepon. Hal yang perlu diperhatikan ialah waktu menghubungi, mengawali percakapan dengan salam, memperkenalkan diri, menulis kepentingan dengan singkat dan jelas serta menggunakan bahasa formal. "Sederhana kan? Tapi kalau tidak dicoba, ya susah mengubah akhlak," terangnya.
Selanjutnya yang tidak kalah penting ialah mengakhiri kalimat penutup dengan ucapan terima kasih. Darmaji mengutarakan, akhlak ini bertujuan untuk menciptakan lulusan ITS yang tidak hanya pintar saja ,tetapi memiliki karakter baik. "Harapannya, lulusan ITS tidak hanya excelent tetapi berakhlak baik," ungkap pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dua Kerjasama Program S1 antara ITS dengan Kementerian Agama tersebut. (jel/oti)