ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
10 November 2016, 04:11

56 Tahun, Yang ITS Butuhkan Adalah Kemerdekaan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Itulah pandangan Prof  Ir Soegiono, rektor ITS periode 1995-2003 di hari jadi ITS ke 56. Ditemui di kediamannya, guru besar Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ini berpendapat bahwa kemerdekaan dalam mengelola institusi pendidikan adalah sesuatu yang harus ITS perjuangkan.

Menurut pria yang akrab disapa Soegiono ini,  ITS akan menjadi lebih baik jika fokus dalam pengembangan secara akademis. "Tentu saja tanpa disibukkan dengan persoalan administratif untuk keperluan pemerintahan," celetuk pria yang dikenal masyarakat dengan gaya bicaranya yang ceplas-ceplos ini.

Malah, menurutnya ITS harus menjaga jarak dari pemerintah dan politik. Pernyataan ini bukan ada tanpa alasan. Menurut jebolan generasi pertama Departemen Teknik Perkapalan ITS ini, administrasi pemerintah membuat  penyelenggaraan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi persoalan yang cukup pelik.    

Apalagi, ia juga pernah menjumpai pihak yang berusaha memanfaatkan ITS sebagai batu loncatan untuk mengusung kepentingan politik. Untuk itulah, menurutnya, PTN seharusnya memiliki kemerdekaan terkait penyelenggaraan rumah tangganya. "Dan semerdeka mungkin dari politik," tambahnya.

Ia juga mengingatkan, meskipun memiliki otonomi pada saat menjadi Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTNBH) kelak, bukan berarti ITS harus mengupayakan sendiri semua pendanaan untuk memenuhi kebutuhannya. "Karena otonomi PTN sama sekali bukan soal privatisasi (pengalihan kepemilikan dari umum ke milik pribadi, red). Apalagi kalau kebijakan itu sampai memberatkan mahasiswa," ingatnya. 

Pemerintah harus tetap bertanggung jawab dalam pengadaan dana guna berjalannya proses pendidikan yang bersih, murni untuk tujuan pendidikan. Pasalnya, PTN bukan hanya sekedar pencetak ijazah sarjana. "Namun juga ujung tombak dalam mengawal moral bangsa," tegasnya.

Kekuatan Terbesar ITS Adalah Mahasiswa  

Menurutnya, kekuatan terbesar ITS adalah dari kualitas bahan baku mahasiswa yang masuk. Untuk itulah ia merasa sangat penting untuk menjaga agar kualitas mahasiswa yang masuk ke ITS tetap mahasiswa yang terbaik.
Ia menganggap mekanisme yang digunakan untuk seleksi penerimaan mahasiswa lebih baik melalui tes. Karena dengan begitu ITS dapat melihat kemampuan murni calon mahasiswa di bidang akademik. "Saya sebenarnya menyayangkan banyaknya gerbang masuk ke ITS saat ini yang dilalui tanpa tes," akunya. Misalnya jalur SNMPTN dan kemitraan.
Bapak dari empat anak ini mengingatkan para pemangku amanah ITS supaya memanfaatkan status PTNBH dengan sebijak mungkin. Walaupun ITS menjadi PTNBH, jangan sampai ITS mengambil porsi kuota mahasiswa melalui jalur tes untuk keperluan lain.
Menurutnya, kualitas mahasiswa yang masuk harus tetap menjadi pertimbangan nomor satu. Karena apabila hal ini dibiarkan, ia mengkhawatirkan kepercayaan masyarakat pada kualitas lulusan ITS akan merosot.
Terakhir, Soegiono berharap agar ITS semakin unggul disegala aspek. Dan yang penting, supaya ITS dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya Bangsa Indonesia. "Dan jangan lupa, peningkatan aspek moral mahasiswa ITS guna mengawal perkembangan bangsa ini juga harus tetap dijaga," pungkasnya. (bal/gol)

Berita Terkait