Ketika ditemui di ruang kerjanya pada Jumat (4/11) pagi, ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITS ini mengawali pembahasan ramalannya dengan mempertegas filosofi waktu. Ia memperjelas pembagian waktu menjadi tiga bagian, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
"Filosofi ini penting bagi seluruh pemangku kepentingan ITS. Dalam merancang masa depan kita harus menggunakan prinsip sustainability," kata pria yang pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-28 ini.
Tak sampai di situ, ia lalu membukakan laptopnya untuk menunjukkan penelitian dari lembaga survei PwC’s. Dalam penelitian tersebut menunjukkan grafik tingkat kompleksitas persoalan yang membesar di tahun 2020. Namun, dengan meningkatnya kompleksitas persoalan, kecepatan pengambilan keputusan yang dibutuhkan ternyata juga semakin tinggi. "Ini adalah contoh gambaran di masa depan. Untuk itu, kita harus memiliki keterampilan high-order thinking," ujar Nuh sambil menunjuk laptopnya.
Selanjutnya, Nuh menunjukkan gambar piramida yang bernama Bloom’s Taxonomy. Dalam piramida itu, ia menjelaskan criteria low-order thinking dan high-order thinking. "Selama ini, sistem pembelajaran di ITS masih menerapkan low-order thinking. Sistem ini harus ditata ulang sehingga bisa membentuk keterampilan high-order thinking," ungkap pria lulusan Teknik Elektro ITS 1983 ini.
Low-order thinking sendiri merupakan keterampilan yang meliputi mengingat, memahami, dan menerapkan. Sedangkan high-order thinking adalah menganalisa, mengevaluasi, dan menciptakan sesuatu. "Sehingga sudah tidak jamannya lagi hafal menghafal, yang ada menciptakan dan inovasi," lanjutnya.
Nuh menjelaskan, seiring berjalannya waktu, kompleksitas masalah sosial menunjukkan grafik yang menanjak, sedangkan kapasitas kognitif manusia tidak, sehingga hal ini membentuk zona buta atau biasa disebut masa ketidak-tahuan.
Menurut Nuh, adalah misi perguruan tinggi untuk mencari jawaban zona buta tersebut. Contoh sederhananya adalah virus zika, dahulu Ilmuwan Indonesia dikejutkan dengan datangnya zika ke tanah air karena belum teridentifikasi.
Hal itu berbeda apabila ilmuwan sudah mempelajari dan ketika virus tersebut datang maka sudah tidak asing. "Nah, misi perguruan tinggi saat ini seperti ITS adalah mempelajari masalah yang kemungkinan akan datang di masa depan, sehingga ketika terjadi beneran kita sudah mempersiapkan perisainya," terang dosen Jurusan Teknik Biomedik ITS ini.
Melihat kondisi ini, Nuh memberi saran bagi setiap stakeholder ITS untuk mereformasi sistem pembelajaran agar memiliki keterampilan high-order thinking. "Low-order thinking ini tidak salah, hanya saja hal itu sudah kuno. Jangan sampai keterampilan yang dimiliki lulusan ITS bisa digantikan oleh mesin," tutupnya. (yan/akh)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,